Selasa, 10 November 2015

, ,

Coba @TomyamKelapa kalau berani, pasti ketagihan!

Saya punya teman, panggil saja @SobatBercahaya. Seingat saya, pertama kali dan terakhir (hingga saat ini) bertemu dengannya pada acara Kopdar Blogger Nusantara 2012 di Makassar. Selebihnya hanya komunikasi daring, itu pun teramat jarang sekali. Saya tak akan cerita hubungan pertemanan dengan @SobatBercahaya. Apalagi kategorinya bukan teman tapi mesra, percayalah sama sekali tak menarik.

Nah, yang justru menarik adalah tawaran dia pada akhir pekan ini. Untuk kedua kalinya, @SobatBercahaya menawari saya mencicipi masakan olahannya, @TomyamKelapa. Jujur, sudah sering saya menyantap masakan khas Thailand itu. Jadi menurut saya, mengapa saya harus jauh-jauh dari Klender Jakarta ke warungnya di kawasan Tangerang hanya demi semangkok Tomyam? Meski diembel-embeli nama @TomyamKelapa.

Bukan teman dong kalau saya tak menuruti tawarannya. Gratis pula. Tapi saya menjawab halus, mungkin lain waktu jika kebetulan main ke daerah sana. @SobatBercahaya tak kehilangan cara menggoda. Dasar anak sekarang ya, dia menawarkan untuk antar @tomyamkelapa melalui jasa ojek. Maaf saya tak mau sebut brand. You knew lah. Okelah, tak ada pahitnya saya terima. Nanti tinggal bayar melalui tukang ojeg. Ehh, dasar si @SobatBercahaya ini memang bercahaya baiknya. Dia mau antar itu @TomyamKelapa dengan syarat bahwa saya tak boleh bayar. Ealah, ya sudahlah dia memaksa begitu. Saya malu-malu mau banget. Mungkin itu nasehat dukunnya kali. Canda Baha! :))
Anda pasti tak sabar bagaimana rasanya @tomyamkelapa besutan dedengkot @WarungBlogger ini. Jadi singkat kata, senin siang sampailah itu barang di kantor saya. Rupanya @sobatbercahaya ini “ngamuk”. Awalnya saya mengira bakal dikirimi 1 porsi saja, ternyata dia kirim 3 porsi @tomyamkelapa dalam kemasan batok kelapa berbalut plastik. 

Tanpa babibu, saya minta teman kantor mencicipi. Saya heran, kok semua orang yang mencicipi bilang enak. Katanya rasanya beda. Saya tegaskan lagi, apakah semua bilang enak karena tidak enak dengan saya, karena saya yang minta nyicipi? Mereka bilang jujur enak. Malah mereka minta ditraktir lagi @tomyamkelapa. Nah, ini nggak enaknya :))

Saya pun ikut cicipi sebelum rapat siang. Emang mantabs. Kuahnya kental, asam manisnya pas. Berasa segar di tenggorokan. Campuran udang dan ayam juga kelapa muda benar-benar jos gandos. Buat yang suka pedas, lebih makyus sempurna jika ditambahi cabe. Untung, saya tak suka pedas. Plus, kemasannya eksotis banget, dalam batok kelapa. Baru sekali ini saya makan Tomyam kuahnya dari air kelapa, dicampur daging kelapa dan disajikan dalam batok kelapa. Pengalaman baru. Saya dan semua kawan kantor yang mencicipi, merekomendasikan @tomyamkelapa dan mereka minta saya traktir (lagi). Iya deh, dicatat.

Kalau saya makan enak, saya ingat istri. Daripada keburu habis disikat teman kantor, saya selamatkan 1 porsi untuk istri. Saat jemput, istri gembira begitu saya katakan bawa oleh-oleh Tomyam. Istri saya suka makan berkuah, apalagi yang asem segar. Sampai rumah istri saya tak sabar mencoba @tomyamkelapa dari chef @sobatbercahaya. Ssrruuupputtt!!! Spontan istri saya bilang,"ini Tomyam ter-enak yang pernah saya makan".

Stop! Sampai disini saja ceritanya. Saya sudah hafal benar bagaimana isteri saya mengomentari sesuatu, termasuk makanan. Dia akan banyak ngomong rasa, bumbu yang digunakan berikut menerka bagaimana memasaknya. Pokoknya, kalau istri saya bilang ter-enak, itu sudah cukup. Bagi saya tak ada lagi makanan yang lebih enak lagi. Intine, @tomyamkelapa MANTAB!!! Joss Gandoss!!

Eeehh.. Pasti ada yang membatin,"ya iyalah, memuji setinggi-tinggi karena dikasih gratis. Jangankan hanya membatin, anda teriak saja, saya tak peduli. Ini bukan hanya soal rasa @tomyamkelapa semata-mata. Karena untuk makanan, saya hanya mengenal 2 istilah: enak dan enak sekali. Jadi, andai @tomyamkelapa-nya si @sobatbercahaya ini rasanya biasa saja, saya bilang enak. Tapi, sekali lagi tapi, yang bilang enak itu semua kawan kantor saya yang mencicipi. Diantara mereka, ada 2 orang yang punya keahlian pencicip makanan. Mencicipi sesendok saja komentarnya sepiring. Apalagi mencicipi bersendok-sendok. Teristimewa istri saya, waduh kalau yang satu ini, saya selalu percaya penilaiannya; @tomyamkelapa adalah tomyam terenak yang dia makan.

Dan bagi saya pribadi, selain rasa yang tak diragukan kemantabannya, saya bangga punya teman dengan kemampuan meracik dan memasak seperti @sobatbercahaya ini. Kagum dengan keberaniannya menjadi wirausahawan kuliner. I'm proud about you, bro

Trust me, @tomyamkelapa is MANTAB!!!

---
Tomyam Kelapa, Jl. Sulawesi Raya RT. 08/011 (Area parkir lapangan tennis Villa Bintaro Indah) Jombang, Ciputat, Tangerang Selatan Banten WA. 082322231446 email. adatomyamkelapa@gmail.com

Senin, 09 November 2015

DEMI ANAK, DIBELA-BELAIN DEH!

PAGI INI.

"Ayah, Lala ada tugas sekolah mencari makanan gemblong," kata Lala, putri pertama saya. Bagi yang belum tahu, Gemblong itu terbuat dari ketan, biasanya berbentuk bulat warna coklat bersalut gula.Gemblong rasanya legit. Biasanya saya melihat pedagang Gemblong di lampu merah Gadog Bogor. Jauh kan? Kalau di Klender Dimana mesti mencari? Belum juga menentukan jawaban, tiba-tiba asik Lala menyela. 

"Yah, nissa juga ada tugas, wawancara pedagang", ujarnya.

Singkat cerita, saya menemani 4 putri saya blusukan ke Pasar Klender. Sekedar informasi saja, Pak Jokowi juga blusukan di Pasar Klender. Intermezo. Sebenarnya kami tak tahu apakah ada penjual Gemblong di Pasar Klender. Jalan kaki menyeberang rel kereta api, menelusuri lapak-lapak seadanya penjual buah dibawah jembatan Klender. Hujan kemarin sore menyisakan lorong lapak yang becek.

Memasuki lantai bawah (basement) Pasar Klender dimana banyak dijual makanan, belum juga tercium aroma Gemblong. Mendekati penjual makanan gethuk dan bertanya, apakah jualan Gemblong?. Dia menggeleng. Kami lanjut melewati para penjual makanan dengan penerangan temaram. Tercium aneka aroma khas makanan. Mendekati pintu keluar, seorang penjual berjongkok. Di depannya ada terumbu warna biru bertuliskan "Gemblong Ibu Anis". Ahh, lega rasanya. Satu bungkus plastik seharga Rp 5 ribu. Kami membeli 2 bungkus, 1 bungkus untuk dicoba makan anak-anak, karena mereka juga baru tahu makanan Gemblong. Dan 1 bungkus dibawa ke sekolah untuk memenuhi tugas.

Saya tawarkan Nissa untuk mewawancarai penjual Gemblong, tapi ia masih malu. Dalam perjalanan kembali ke rumah, tiba-tiba putri-putriku minta mampir bermain di taman aktif fo Klender. Taman Aktif fo Klender adalah sebuah wahana di bawah jembatan layang Klender. Sebuah tempat yang semestinya dikhususnya untuk anak-anak bermain. Tetapi yang terlihat banyak sekali orang tidur di sana sini diantara mainan undakan dan sudut taman. Lampu taman menggantung hampir jatuh. Prosotan yang sudah rusak. Yang tersisa 3 ayunan anak-anak. Tak ada tanaman atau rumput.

Selesai bermain sebentar, anak-anak sudah bosan. Mungkin karena minimnya fasilitas taman. Kembali menyusuri lorong becek penjual buah, menyeberang rel dan jalan raya I Gusti Ngurah Rai. Anak-anak terlihat haus. Kita pun berhenti di warung penjual kelapa muda dan memesan 2 batok kelapa muda.

Saya tawarkan Nissa mewawancarai penjualnya. Mungkin sudah cukup kenal dengan penjualnya, akhirnya Nissa pun membuka catatan daftar pertanyaan yang sempat ia buat. Daftar pertanyaan yang sederhana. Begitu pula proses wawancara pun seperti tanya jawab biasa. Antara si penanya dan yang di tanya adalah 2 orang dengan kepolosannya masing-masing. Otentik! Wawancara diakhiri dengan foto sebagai bukti melaksanakan tugas. Ahh, lega hati akhirnya. Haus hilang, blusukan senang ke pasar, dan 2 tugas 2 putri saya terlaksana. 

KEMARIN SORE. 

Tidur, salah satu cara saya mengembalikan lelah fisik dan pikiran. Sabtu sore, sekitar jam 16.30, Lala putri pertama saya membangunkan tidur saya. 

"Yah, adik-adik ingin makan steak. Mereka kan belum pernah yah"

"Mau makan steak dimana?", jawab saya, diantara sadar dan tidak. 

"Ditempat yang waktu itu yah," jawabnya sambil mengingatkan suatu ketika saya pernah mengajak

Lala dan Nissa menikmati steak, lebih dari setahun lalu. Itulah pertama kali mereka makan steak. Kalimat "mereka belum pernah yah" seakan mengusir sisa-sisa rasa lelah dan kantuk. 

"Ya sudah, mandi dulu sana" "Sudaaahhhhh," serempak 4 putri saya menjawab. Weladalah, rupanya mereka sudah selesai mandi. 

Malah mereka sudah lengkap memakai baju yang biasa digunakan keluar rumah. Saya pun bergegas mandi. Selesai keluar kamar mandi, Gya putri kecil saya menunggu di depan pintu. 

"Ayah, hujan deras. Nggak jadi dong kita makan steak," wajahnya menyemburatkan rasa kecewa. 

"Loh, jadi dong. Ayo, berangkat" 

"Yeaaayyy, jadi kaakkk," dia girang sambil berlari ke kamar mengabari kakaknya. 

Menerobos hujan pertama yang begitu di nanti setelah kemarau panjang, kami menuju sebuah mall kecil di kawasan Duren Sawit. Hujan sangat lebat, air selokan di kampung kami meluap hingga ke jalan. Airnya hitam pekat dan menyebarkan aroma busuk. Sekitar 15 menit, kami sampai di Mall. Selesai makan steak menjelang magrib, disodorkan tagihan lumayan gedhe untuk ukuran gaji PNS. Tak apa lah, yang penting anak-anak gembira. Toh jarang banget.

Jumat, 30 Oktober 2015

, , , , ,

Inspirasi dari Seorang Menteri

Apa ukuran keberhasilan seorang pemimpin organisasi/perusahaan? Sebagian besar kita pasti menjawab kinerja. Benar bukan? Kita terbiasa menentukan indikator kinerja (key performance indicator) pada setiap level organisasi.

Tetapi Pak Arief Yahya memberikan jawaban berbeda dari pertanyaan itu.
"Seorang Leader dikatakan berhasil bukan dari performance, tetapi proyeksi. Bagaimana ia mampu memberikan gambaran nyata dan meyakinkan tim atau pengikutnya apa yang akan dicapai organisasi".
Kurang lebih begitulah pernyataannya saat memberikan orasi di acara "Indonesia Public Relations Award" di Gedung Dewan Pers Jakarta (27/10). Saat mendengar itu, saya mendapatkan sesuatu yang beda. Selama ini, saya berpola pikir keberhasilan diukur dari kinerja.

Mengapa proyeksi lebih penting daripada kinerja? Menurut Menteri Pariwisata itu, karena Leader harus mampu memberikan inspirasi bagi tim atau pengikutnya. Peran inspirator inilah yang menggerakan kinerja organisasi dalam mencapai tujuan.

Pemimpin yang baik juga harus memiliki imaginasi, kata mantan Direktur Utama Pt Telkom Indonesia itu. Loh, maksudnya visi? Imaginasi! Bukan visi atau mimpi. Apa sih bedanya?

Menurut Pak Arief Yahya, istilah visi itu didasarkan pada indera pengelihatan. Seberapa jauh sih mata kita melihat suatu obyek? Artinya, dalam visi ada batasan. Sementara mimpi mampu melukiskan banyak gambaran tanpa batas. Tetapi mimpi terjadi ditengah ketidaksadaran alias saat tidur. Ketika sadar, kita tak bisa bermimpi. Untuk mendapatkan gambaran tanpa batas pada saat sadar, kita memiliki imaginasi. Yah, imaginasi merupakan kesadaran dan gambaran tanpa batas atas sesuatu yang kita ingin capai. Imaginasi inilah yang harus pemimpin sampaikan secara jelas kepada tim/organisasinya.

Pak Arief Yahya menutup orasi insiprasionalnya, bahwa untuk menjadi Leader yang sukses harus memiliki 3 hal yaitu IFA; imaginasi, fokus dan aksi.

Anda-kah Pemimpin Inspirasional itu?

Rabu, 28 Oktober 2015

, , , , , ,

CERITA PAGI DI HARI SUMPAH PEMUDA

"Kita mah bekerja bukan mengharapkan penghargaan tetapi kalau diberi ya kita terima," ujar Ridwan Kamil, salah satu penerima penghargaan Tokoh PR 2015 dari SPS Indonesia (27/10) di Jakarta.
Keren ya! Sebenarnya bukan hanya Kang Emil saja keren. Tetapi juga Ibu Murti Utami (Ibu Ami). Loh apa hubungannya Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemkes dan Walikota Bandung itu? 

Ohhh, ada! Seperti Ridwal Kamil, Ibu Murti Utami juga mendapat penghargaan Tokoh PR 2015.
Tokoh PR 2015 Pilihan SPS Indonesia diberikan kepada tokoh publik, lembaga publik atau tokoh PR yang memberikan inspirasi bagi organisasi dan publik secara umum. Selain Ibu Murti Utami dan Ridwan Kamil, SPS Indonesia menganugerahi Tokoh PR kepada Marsekal Bambang Sulistyo (Kepala Basarnas), Ganjar Prabowo (Gubernur Jateng), dan 2 Tokoh dari perusahaan swasta. Penghargaan disrrahkan oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya di Gedung Dewan Pers semalam.
Eh itu belum cukup. Perlu tahu juga, Kementerian Kesehatan juga mendapatkan penghargaan sebagai Pemenang Program PR Inspirasional kategori Pemerintah Pusat/Daerah. Program PR dimaksud adalah"Ramah Tamah Menkes dengan Netizen/Blogger" yang bertujuan membangun engagement Menkes dengan Netizen dan meredam isu "BPJS Haram" di media sosial pada Agustus 2015.

Selamat kepada Ibu Ami, Puskom dan jajaran Kemkes atas apresiasi dari kalangan Media untuk program kehumasan (PR). Patut disyukuri di "akhir hidup" Puskom Publik sebelum bermetamorfosis menjadi Biro Komunikasi sempat memahat prasasti.
Maju terus dengan semangat Sumpah Pemuda. Merdeka!

Sabtu, 24 Oktober 2015

, , ,

Menjadi Rumah Sakit Sadar Media Sosial

Setiap detik ada satu status Facebook berisi kata-kata "rumah sakit". Atau setiap 15 detik ada satu cuitan Twitter juga berisi kata-kata "rumah Sakit". Demikian kata Sumardy, CEO Onbee Research, sebuah perusahaannya riset marketing yang tiga tahun ini menggeluti "Indonesia Healthcare Most Reputable Brand" kerjasama dengan Majalah SWA.

Pesatnya laju media sosial menjalari pemakai ibarat gelombang ombak yang silih berganti mendebur pantai. Pemakai media sosial itu termasuk juga pasien, pegawai dan manajemen rumah sakit. Rumah sakit tak mampu menghentikan gelombang ombak media sosial itu, tetapi bisa belajar memanfaatkannya. Pemanfaatan media sosial dengan tujuan mempermudah komunikasi dengan pasien dan menambah revenue rumah sakit.

Sebagaimana suatu usaha jasa yang memerlukan pelanggan dalam aktifitas pemasaran, rumah sakit semestinya berada di lingkungan dimana pasien berada. Jika saat ini rumah sakit anda masih asing dengan media sosial, tak ada rugi mengakrabi. Jika masih bingung memanfaatkan, saatnya rumah sakit belajar menyeriusi. Sebelum rumah sakit anda benar-benar ketinggalan jaman dan kehilangan pasar.

Tapi ingat, media sosial tak akan pernah menggantikan komunikasi nyata yang lebih manusiawi. Media sosial tak akan menggantikan aktifitas pemasaran alami. Intinya, manfaatkan bukan menggantikannya dengan media sosial.

Jumat, 09 Oktober 2015

, , , , ,

BELAJAR DARI BENCANA KABUT ASAP

Dampak yang paling nyata dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) adalah asap. Bukan apinya yang menyebabkan masalah kesehatan, tapi hasil kebakarannya yg menimbulkan efek, terutama kesehatan. Sehingga tentu saja untuk menghilangkan efeknya, sumber utamanya harus ditangani. Bagaimana jika apinya sulit dipadamkan hingga memberi dampak yang berlarut? Maka kita akan disibukkan oleh dampak dari hasil karhutla seperti yang kita lihat sekarang.

Berdasarkan hasil assessment, banyak partikel beracun yang terkandung dalam asap. Kita tidak akan membahas hal itu disini. Namun yang membuatnya lebih parah adalah luas dan lamanya kejadian asap tersebut. Dan yang membuat semuanya menjadi bencana adalah ketika kondisi asap yang sangat buruk bertemu dengan kerentanan atau masyarakat yang terdampak.
Penanganan tingkat pencemaran udara saat ini masih terus dilakukan oleh sektor terkait. Mungkin sudah maksimal, namun apa daya api tetap membara.
Hal yang perlu diperhatikan adalah pekatnya polutan dan waktu paparan. Solusi yang terbaik tentu saja menghindari kontak dengan asap dan atau mengurangi waktu paparan dengan asap. Caranya dengan mengurangi aktifitas diluar ruangan, bahkan tidak sama sekali jika polutannya sangat pekat.
Masker, apapun jenisnya, bukan jalan terbaik menangani dampak asap. Menggunakan masker saat menerobos asap yang pekat sama dengan menggunakan sepatu bot saat banjir yang ketinggian airnya lebih dari setengah meter.
Jalan yang terbaik adalah mengurangi aktifitas diluar rumah. Dengan begitu paparan kita dengan polutan tidak terjadi atau waktu paparannya dapat direduksi. Promosi kesehatan adalah jalan terbaik untuk kondisi saat ini. Menganjurkan orang agar tidak beraktifitas diluar ruangan pada tingkat pencemaran yang sangat berbahya. Jika terpaksa harus berada diluar ruangan, gunakan masker dan mengurangi waktu bekerja diluar ruangan.
Promosi kesehatan mestinya lebih digencarkan daripada pembagian masker. Banyak media yang bisa digunakan, lewat leaflet, poster, medsos, radio, televisi dan lain-lain. Promosi ini tidak hanya kepada masyarakat tapi juga disampaikan ke semua sektor. Terkait atau tidak.
Misalnya, sektor kesehatan memberikan rekomendasi untuk mengurangi atau meniadakan aktifitas diluar ruangan berdasarkan nilai ISPU. Berdasarkan informasi ini, dinas pendidikan kemudian dapat mengeluarkan aturan meliburkan anak sekolah dan memberikan penugasan kepada siswa utk belajar dirumah. Bahkan televisi lokal dapat menayangkan program edukasi selama siswa berada di rumah. Dinas pendidikan pun sudah memiliki protap sesuai kondisi darurat asap. Begitu juga dengan pegawai. Bagi yang terpaksa berada diluar ruangan seperti polisi atau damkar yang memadamkan api, selain dilengkapi masker, waktu bekerjanya dikurangi dengan menggunakan metode shift, misalnya setiap 2 jam petugasnya diganti.
Hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah dampak pencemaran terhadap dewasa sehat, kelompok rentan dan orang dengan penyakit pernapasan kronis. Tingkat kepekatan polutan mempengaruhi tindakan promotif pada ketiga kelompok ini. Pada kondisi udara yang sangat tidak sehat, bagi kelompok dewasa sehat, anjurannya adalah mengurangi aktifitas diluar ruangan. Bagi kelompok rentan anjurannya adalah menghindari aktifitas diluar ruangan. Namun bagi yang berpenyakit kronis, dengan kondisi udara yang sama, anjurannya adalah tidak beraktifitas sama sekali diluar ruangan. Membolehkan kelompok ini berada diluar ruangan dengan menggunakan masker tentu tidak tepat.
Ada satu pembelajaran menarik dalam bencana karhutla ini bagi penanganan bencana keseluruhan. Jika pada bencana dengan bahaya yang telah menimbulkan jatuhnya korban, terapi utamanya adalah kuratif dan rehabilitatif. Pada bahaya yang mengancam kesehatan masyarakat (seperti asap, banjir dan erupsi ringan gunung api), terapi yang paling tepat adalah promotif dan preventif.
Semoga bencana kabut asap ini segera berlalu. Ayo Indonesia#MelawanAsap.

Rabu, 03 Juni 2015

, , , , , , ,

Program PR Bukan Sekedar Pencitraan

Presiden Joko Widodo menahan nafas dan terdiam sejenak. Pandangan matanya diarahkan kepada ratusan anak muda berseragam batik merah marun dihadapannya. Didampingi Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Jokowi melepas tim Nusantara Sehat yang akan memberikan pelayanan kesehatan bagi rakyat Indonesia di wilayah perbatasan dan terpencil di Istana Negara, Senin (4/5/2015).

"Saya bangga sekali melihat saudara-saudara mempunyai sebuah tekad kuat dan niat baja. Ada yang akan ditempatkan di ujung-ujung, tetapi saya lihat wajah-wajah optimis semuanya. Itu yang kita cari,” ungkap Presiden Jokowi disambut tepuk tangan meriah dari tim Nusatara Sehat dan para hadirin.

Menteri Kesehatan, Nila Moeloek, Kementerian Kesehatan melepaskan 143 tenaga kesehatan teridiri dari dokter, bidan, perawaat dan lain-lain di 20 puskesmas perbatasan dan kepulauan terluar yang tersebar di 19 kabupaten dan 9 provinsi. Tujuannya sejalan dengan semangat Nawa Cita  yaitu membangun dari pinggiran dengan memperkuat Puskesmas di daerah perbatasan sebagai ujung tombak upaya kesehatan masyarakat.

“Ini bukan sekedar pencitraan. Tetapi bagaimana program Kementerian Kesehatan memberi solusi terhadap permasalahan bangsa dan memberi manfaat bagi rakyat,” tegas Murti Utami, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan.

Tim Nusantara Sehat yang semuanya anak-anak muda ini, kata Ami (panggilan akrab), diharapkan mampu mengatasi permasalahan kesehatan di daerah tugasnya dan berdampak pada menurunnya angka kematian ibu bayi dan menyukseskan program Jaminan Kesehatan Nasional.

Sebagai Public Relations Pemerintah citra memang penting, tetapi apakah program itu baik dan bermanfaat bagi public itu lebih utama. Untuk diketahui, Kementerian Kesehatan memperoleh Gold Champion WOW BRAND 2014 dari MarkPlus terutama untuk program JKN sebagai The Most Most Valuable Policy. Dalam melaksanakan program PRnya, Kementerian Kesehatan menggandeng stakeholder termasuk awak media massa dan pegiat media sosial.