Selasa, 22 Desember 2015

, ,

Untuk Siapa Ucapan Selamat Hari Ibu?

Pagi-pagi sekali, putri pertama saya, Fathimah Alif Salsabila memberikan bungkusan kecil untuk bundanya.

"Selamat hari Ibu, Bunda," katanya.
"Terima kasih nak. Jaga adik di rumah ya. Meski libur, kalau bisa tetap belajar", jawab bundanya sambil memeluknya.

Saya diam memperhatikan, tak mau merusak suasana syahdu itu. Setelah selesai, saya menyalami istri saya dan mengecup keningnya, kemudian pamit menyiapkan kendaraan.
Sementara itu, di Grup WA saya tertebaran gambar meme dan untaian puisi indah yang sepertinya diperuntukkan untuk Sang Ibu. Entahlah, apakah si pengirim pesan-pesan indah itu juga mengirimi Ibu-nya, selain di grup WA.

Mungkin saya termasuk "anak durhaka", karena seingat saya tak pernah mengucapkan secara lisan hari ibu kepada Simbok (Ibu). Apalagi dengan meme atau puisi-puisi indah yang semakin ngetrend di jaman belakangan ini.

Simbok saya itu orang yang sederhana. Beliau cukup meminta ditelepon sekurangnya 1-3x sebulan. Kata beliau, sekedar mendengar suara anaknya atau meriahnya suara cucu. Atau jika sempat, pulang kampung, agar beliau melihat anaknya yang sudah tak anak-anak lagi dan cucu-cucunya.
Simbok pasti kaget jika tiba-tiba mendapat meme dan puisi indah, karena itu terlalu rumit. Apalagi diembel-embeli dengan "Selamat Hari Ibu". Simbok saya lebih suka mendengar cerita saya dan tawa tangis cucunya meski melalui telepon. Beliau menyukai pelukan hangat anaknya saat datang pulang kampung dan pergi saat kembali ke Jakarta. Beliau menyukai mencium ubun-ubun cucu yang rambutnya bau matahari. Lebih nyata, lebih berasa.




Ngomong-ngomong hari ibu, yang hari ini (22/12) banyak orang mengucapkan selamat dengan gambar dan puisi menyentuh, sebenarnya seperti apa sih sejarahnya?
Sedikit serius nih. Mari kita kembali ke masa lalu. Pada tanggal 22 s/d 25 Desember 1928 bertempat di Yogyakarta, para pejuang wanita Indonesia dari Jawa dan Sumatera pada saat itu berkumpul untuk mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I (yang pertama). Gedung Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto, Yogyakarta menjadi saksi sejarah berkumpulnya 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera yang kemudian melahirkan terbentuknya Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Kemudian Presiden Soekarno melalui melalui Dekrit Presiden Nomor 316 tahun 1959 menetapkan bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga saat ini.
Penetapan hari ibu ini juga diilhami oleh pejuang-pejuan wanita seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain secara tidak langsung telah merintis organisasi perempuan melalui gerakan-gerakan perjuangan.

Nah, begitu ceritanya mengapa tanggal 22 Desember diperingati Hari Ibu. Tapi kaN pahlawan sesungguhnya seorang anak ya Ibu. Itu benar 1000 persen. Surga dibawah telapak kaki ibu. Hanya saja, barangkali selain "ucapan hari Ibu" untuk Ibu yang melaporkan kita, juga untuk mengenang wanita-wanita pejuang Indonesia.

Pada saat yang sama, saya mengajak kita memahami sejarah dan makna sebuah hari yang diperingati nasional. Sehingga kita tahu benar, untuk siapa sesungguhnya ucapan "Selamat Hari Ibu" itu.
Jika untuk Ibu yang melahirkan kita, semestinya setiap hari kita harus mengucapkan selamat hari ibu melalui doa-doa yang kita panjatkan. Juga komunikasi yang bisa setiap saat kita lakukan. Tidak cukup hanya sekali setahun setiap tanggal 22 Desember dengan meme atau puisi indah. Jangan-jangan meme dan puisi itu bukan karya sendiri ;(

SELAMAT HARI IBU!

Kamis, 03 Desember 2015

, , ,

Cerita Indahnya Pertemuan Kementerian Kesehatan dengan Doktor Warsito

Hari ini saya merasa lebih beruntung. Bertemu dengan Doktor Warsito dalam suasana akrab dan kekeluargaan. Tidak seperti persepsi yang tergambar di media yang terasa panas dan penuh perbedaan tajam. Kementerian Kesehatan dan PT Edwar Technology (ET) berdialog dan berbicara dari hati ke hati.

Ibu Tritarayati dan Pak Akmal Taher menegaskan bahwa Kemenkes sejak awal mendukung inovasi anak bangsa sepanjang dalam kaidah penelitian yang baik. Ini dibuktikan dengan adanya nota kesepahaman antara Kemenkes dengan PT ET sejak tahun 2012.

Demikian juga Doktor Warsito, mewakili PT ET, secara rendah hati menegaskan bahwa sejak awal mengharapkan guideline dan pengawasan dari Kementerian Kesehatan.

Sungguh saya menyaksikan, betapa elok dialog hari ini. Silaturahmi dan komunikasi meneguhkan tujuan yang sesungguhnya sama; memberikan yang terbaik bagi diagnostik dan tetapi bagi pasien kanker

Berikut saya kutipkan pernyataan Doktor Warsito dalam akun facebook-nya :



Buat Rekan-Rekan Semua, mohon maaf telah menyebabkan polemik yang kurang nyaman.
Perlu kami tegaskan bahwa aktifitas yang kita lakukan selama ini ada berbasis MoU dengan Litbang Kementerian Kesehatan 2012 yang meliputi: uji in vitro, uji in vivo, uji validitas alat diagnostik ECVT dan studi kasus penderita kanker yang ditreatment dg ECCT. Uji validitas ECVT dan studi kasus ECCT telah mendapatkan ethical clearence Kemenkes.
Berdasarkan perkembangan terakhir apakah kegiatan di atas perlu diteruskan, dihentikan atau diformat ulang dalam bentuk lain, maka hari ini Rabu (2/12/2015) 13:30-15:30, dilaksanakan pertemuan antara Kementerian Kesehatan yang diwakili oleh Plt Kepala Badan Litbangkes/SAM Bidang Medika Legal Drg. Tritarayati SH. MH.Kes, Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi dr. Siswanto, MHP, DTM, Staff Khusus Kementrian Kesehatan Prof. DR. dr. Akmal Taher, SpU (K) dan PT Edwar Teknologi yang diwakili oleh Dr Warsito P Taruno M.Eng , Dr Edi Sukur dan Fauzan Zidni yang diadakan di Kantor Kementrian Kesehatan, Kuningan.
Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan sebagai berikut:
  1. Kementrian Kesehatan melakukan review hasil penelitian yang telah dilakukan PT Edwar Teknologi paling lama 30 hari kerja terhitung tanggal 2 Desember 2015, mencakup: evaluasi penelitian in vitro dan in vivo dan evaluasi kasus.
  2. PT Edwar Teknologi tidak menerima klien baru sampai hasil evaluasi sebagaimana butir 1.
  3. PT Edwar Teknologi dapat melakukan tindak lanjut (follow up) klien lama.
Apa pun keputusan hasil evaluasi kami menyatakan akan sepenuhnya mentaati arahan yang akan diberikan oleh Kementrian Kesehatan setelah hasil review selesai.

Sungguh indah silaturahmi hari ini.

Gambaran diatas merupakan suasana pertemuan. Dalam hal saya mengutip status Pak Warsito semata-mata ingin melibatkan pihak pak warsito yang telah mempublikasikan kesepaktan pertemuan. Tentu saja tulisan ini tidak menjelaskan detil substansi dan teknis, karena kapasitas saya tidak disitu, Tetapi bagaimana publik memahami hubungan antara kemenkes dan PT ET (Pak warsito) tidak diwarnai perbedaan runcing spt tergambar di media.

Tentu saja status saya tidak menjelaskan detil substansi dan teknis, karena kapasitas saya tidak disitu, tetapi bagaimana publik memahami hubungan antara kemenkes dan PT ET (Pak warsito) tidak diwarnai perbedaan runcing spt tergambar di media.

Namun sedikit merespon pernyataan dari pihak pak warsito bahwa penelitian yang dilakukan telah merujuk pada MOU. Justru disinilah titik awal proses reviu itu. Apakah benar telah melalui proses penelitian yg baik spt in vitro, in vivo dan studi kasus/uji validitas. Tentu kita mesti menunggu reviu yang dilakukan Badan Litbangkes, tentu melibatkan pakar-pakar terkait dalam waktu 30 hari kerja ke depan.

Ada yang menanyakan tentang bentuk follow up. Yang dimaksudkan bukan bersifat pelayanan medis, tetapi konsultasi fisika medis. Kedua pihak (Kemenkes dan PT ET) sefaham bahwa terhadap klien lama yang memerlukan terapi kanker harus dilakukan oleh tenaga medis di fasyankes.

Jika nantinya akan dilanjutkan penelitian pemanfaat ecvt dan ecct akan dilakukan di rumah sakit, Bukan di tempat yang selama ini dipakai oleh doktor warsito. Menurut pengakuan pihak PT ET bahwa hubungan selama ini dilengkapi informed consent sebagai proses penelitian. Dan status sebagai "klinik" pun tidak dipakai lagi. Tentu saja, follow up klien lama dan klinik ini menjadi bahan evaluasi selama 30 hari ini. Adapun kata yang digunakan pak warsito memang "guidelines" dan "pengawasan" tetapi dalam konteks evaluasi dlm 30 hari ini akan diterapkan kaidan penelitian yg baik

Semoga kita bersabar menunggu hasil evaluasi ini. tentu tidak mudah mengemukan hal substansi dan teknis dlm ruang dan waktu yang terbatas ini. kita perlu selesaikan scr bertahap. Langkah awal, polemik ini mari kita akhiri dulu. Kemudian cari solusi bersama yang baik utk pasien, dokter, peneliti dan rakyat Indonesia.

Selasa, 01 Desember 2015

, , , ,

Tantangan Menghadang Tenaga Humas Pemerintah

Pemerintah sedang melakukan seleksi 100 orang Tenaga Humas Pemerintah (THP) sebagai pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Komunikasi Publik. THP direkrut dari Pegawai Negeri Sipil dan swasta dengan kriteria tertentu. Dengan masa kerja dua tahun dan fasilitas tunjangan kinerja tingkat 14 (setingkat eselon II) bagi PNS dan gaji sekitar Rp 20 juta bagi non PNS, THP diharapkan mampu mendorong kecepatan, kohesivitas dan integrasi komunikasi Pemerintah. Melalui halaman Kominfo, Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara menyatakan THP sebagai breakthrough agar terdapat integrasi, kekompakan dan efektifitas komunikasi lembaga Pemerintah.

Sebagai sebuah upaya terobosan, THP patut diapresiasi. Seperti kasat mata bisa terlihat, Pemerintah kedodoran melakukan komunikasi publik atas program dan kinerjanya. Masalah komunikasi publik dan penyampaian informasi ini coba diatasi dengan narasi tunggal yang diproduksi oleh Kominfo sebagaimana ditetapkan dalam Inpres 9/2015 tersebut. Dan sebagai bagian dari program Goverment Public Relations (GPR), Kominfo melakukan perekrutan 100 orang THP ini. Dengan persyaratan umum dan persyaratan kompetensi cukup ketat, kita berasumsi THP akan diisi oleh tenaga-tenaga humas yang berkompetensi tinggi dan profesional.

Seorang kolega bercerita pengalaman menjadi konsultan kehumasan di Kementerian/Lembaga. Perusahaanya sudah beberapa kali menangani tugas kehumasan Kementerian/Lembaga. Menurut pengalamannya, ia dan tim membutuhkan waktu 1 tahun hingga strategi komunikasinya bisa berjalan dan menyatu dengan humas Kementerian/Lembaga tersebut. Itu pengalaman perusahaan konsultan kehumasan. Belajar dari pengalaman ini, terbayang tantangan THP yang akan ditempatkan masing-masing dua orang di setiap di Kementerian untuk masa tugas dua tahun ini.



Ada lima profil pekerjaan THP yaitu dukungan menteri, koordinasi komunikasi, pengelolaan isu, pengelolaan komunikasi dan pengelolaan media. Melihat beban dan tanggung jawabnya, aspek substansi Kementerian akan menjadi tantangan pertama. Setiap Kementerian memiliki ruang lingkup tugas yang besar besar dan kompleks terutama Kementerian yang mengurusi langsung hajat hidup rakyat. Kementerian juga mempunyai program kerja yang banyak dengan berbagai keruwetan masalahnya. Hal ini membutuhkan THP yang mempunyai kompetensi bukan semata-mata ahli komunikasi, tetapi yang mengerti urusan teknis kementerian sehingga mampu menganalisa dan mengomunikasikan secara tepat kepada masyarakat.

Mesin birokasi berjalan mengikuti mekanisme, aturan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam jangka waktu yang lama. Demikian pula dalam urusan kehumasan, di berbagai kementerian telah memiliki struktur organisasi di berbagai tingkatan dari level eselon II hingga eselon IV. Tidak hanya langsung dibawah Menteri atau Sekretariat Jenderal, tetapi juga pada tingkat Eselon I seperti Direktorat Jenderal dan Badan. Koordinasi masing-masing tingkat organisasi kehumasan di Kementerian ini ditopang dengan manajemen administrasi. Inilah tantangan kedua THP, aspek struktural dan adminstratif. Dalam hal koordinasi komunikasi dan pengelolaan isu strategis misalnya, THP tentu tidak dapat hanya mengandalkan isu yang berhembus dari eksternal, melainkan mendapatkannya secara mendalam dari internal organisasi.

Sesungguhnya banyak Kementerian yang telah memiliki kehumasan yang cukup mumpuni. Kehumasan mereka telah mereformasi diri baik SDM, budaya dan program kerjanya. Proses reformasi ini terus menginternalisasi menyusup ke dalam budaya kerja birokrasi Kementerian. Hadirnya THP diluar struktur birokrasi dengan mekanisme, prosedur dan keluaran kinerja yang berbeda tentu akan mengubah internalisasi dan budaya kerja kehumasan Pemerintah yang telah berjalan di Kementerian. Tantangan mampu menyatu pada budaya kerja ini tentu saja bukan mudah bagi THP yang notabene orang asing di Kementerian.

Kementerian memiliki banyak sekali pegawai dan pejabat dengan latar belakang pendidikan, budaya dan pola pikir berbeda. Meskipun tugas utamanya adalah dukungan menteri dan koordinasi komunikasi, kesuksesan THP ditentukan bagaimana mereka mampu bergaul dan menjalin komunikasi tanpa jarak dengan pejabat dan pegawai di bawah Menteri. Secara sosilogis, THP harus diterima dan menjadi bagian dari lingkungan Kementerian.

Terakhir aspek psikologis menjadi tantangan tersendiri bagi THP. Setiap hari THP akan berinteraksi dengan Menteri dan para pejabat yang punya segudang pengalaman teknis di Kementerian. Apalagi satu diantara 2 orang THP adalah pegawai PNS Kementerian tersebut. Dengan kedudukan dan tugas THP yang setingkat eselon II, tentu tidak mudah bagi THP berkoordinasi dengan Pejabat yang sebenarnya atasannya itu. Demikian juga beban psikologis yang tidak ringan mengemban tugas dukungan Menteri yang mengharuskan THP berkomunikasi intensif kepada Menteri dan Pejabat Eselon I lain. Disisi lain, fasilitas dan gaji THP yang jauh lebih besar dibandingkan pejabat struktural dan pegawai kehumasan Kementerian akan menjadi kerikil hubungan kerja baik.

Sesungguhnya antar kehumasan Kementerian/Lembaga sudah memiliki mekanisme koordinasi melalui Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas) dengen kepengurusan dibawah pembinaan Kominfo. Diakui Bakohumas tidak berjalan baik selama ini, tetapi akan lebih sistematis dan berkesinambungan jika meningkatkan kapasitas Bakohumas. Kedudukan, kewenangan dan fasilitas yang diberikan THP bisa jadi lebih maksimal hasilnya jika diberikan kepada Humas Pemerintah saat ini. Alih-alih memaksimalkan struktur kehumasan dan meningkatkan kapasitas SDM Kehumasan yang sudah ada, Kominfo memilih cara berbeda melalui THP ini. Kita berharap THP bisa benar-benar menjadi upaya terobosan sistemik dan berkesinambungan bagi kehumasan Pemerintah. Bukan terobosan instan yang menjadi justru masalah baru kehumasan Pemerintah.

Minggu, 29 November 2015

, ,

Pengalaman Antar Pasien JKN Gawat Darurat di RS Persahabatan

Saya ingin menutup hari ini dengan sebuah cerita pengalaman sendiri malam ini.

Menjelang waktu isya, saya mandi. Tengah bersampo ria bersihkan kepala dari sisa cukuran rambut, terdengar ketukan suara pintu kamar mandi. Terdengar suara istri mengabari bahwa ada tetangga sakit, mohon segera selesaikan mandi dan menolong tetangga yang sakit. Begitu informasi dan saran istri.

Bergegas selesaikan mandi, ganti baju dan menuju rumah tetangga di belakang rumah. Sebelum keluar sempat menyambar kunci mobil. Sesampai di rumahnya, nampak Pak Amir, tetangga saya, duduk di kasur yang tergelar di lantai dengan nafas tersengal-sengal. Nampak isterinya kebingungan. Ada juga Pak Nali, tetangga saya yang lain.
Dari isterinya mendapat informasi, jika suaminya sulit nafas dan dada sesak. Terlihat benar rauh wajah kesakitan pak Amir. Diputuskan membawa Pak Amir ke rumah sakit, saya membawanya bersama Pak Nali. Sebelum berangkat, saya memastikan bahwa Pak Nali membawa kartu JKN pak Amir.

Ditengah jalan, Pak Nali mengatakan biasanya orang-orang di wilayah kami di Klender peserta JKN dibawa ke RS Budiasih. Dikihat dari jarak dan kondisi pak Amir yang sulit dan sesak bernafas, saya putuskan membawa ke IGD RS Persahabatan. Pak Nali menyetujui, terserah saya katanya. Sepengetahuan dan keyakinan saya menguatkan bahwa dalam keadaan darurat pasien JKN bisa langsung ke RS terdekat.

Mobil saya pacu sekencang mungkin. Sesekali menyorot lampu jauh dan klakson. Juga lampu riting kanan kiri dinyalakan kedap kedip, bermaksud memberikan tanda darurat. Di tengah jalan sempat sangat khawatir. Terdengar nafas cepat dan tersengal pak Amir, berikut rintihan kesakitan, kami terkenal kemacetan panjang di depan penjara cipinang. Biang keroknya rentetan pada kereta Listrik Jakarta - Bekasi (PP).

Setelah lebih dari 30 menit, sampailah di RS Persahabatan. Ternyata saya salah jalan menuju IGD. Untunglah, Satpam sigap membuka portal ketika saya katakan membawa pasien emergensi. Pak Satpam pula bergegas mengambil tempat tidur untuk membaringkan pasien. Bahkan ada juga seseorang, sepertinya Satpam juga yang sudah berganti baju pulang, ikut membantu menurunkan pasien. Setelah pasien turun saya memarkir mobil, sebelum menyusul ke ruang triase.

Sampai di Ruang triase, nampak perawat sedang memeriksa seorang pasien. Di belakang nampak juga seorang pasien diatas kursi roda antri diperiksa. Saya memberi tahu perawat agar mendahulukan pasien yang saya bawa karena kondisinya yang terlihat semakin kesakitan. Saya khawatir tidak tertolong. Syukurlah, perawat mengerti. Segera mengukur tensi dan bertanya riwayat sakit.

Sementara itu, Pak Nali juga telah mendaftarkan pasien pak Amir dengan status pasien JKN. Saya Tanya Pak Nali, apakah berhasil daftar dengan JKN? Dipersulit? Pak Nali mengatakan lancar. Syukurlah.

Tak berapa lama, triage selesai. Kami bersama perawat mendorong tempat tidur ke ruang observasi. Setelah menunggu 15 menit, dilakukan pemeriksaan sepertinya rekam jantung oleh perawat laki-laki. Saya bertanya dugaan sakitnya. Perawat mengatakan untuk Sementara patut diduga susah nafas dan Sakit sesaknya dari jantung. Perawat itu menuju ke nurse station menemui dokter. Tak berapa lama, dokter memanggil Keluarga pak Amir. Karena hanya ada saya sebagai tetangga, dokter bertanya beberapa hal termasuk status pasien apakah JKN. Saya mengiyakan. Setelah itu, dokter memberikan 4 butir pil dan harus segera diminum. Saya tak sempat bertanya guna pil itu, dengan Pak Nali saya berusaha membantu pak Amir minum obat.
Sekitar 2 jam menungg, isteri pak Amir datang untuk gantian menunggu. Saya pun pamit. Masih sempat saya lihat seorang dokter dan perawat melakukan pemeriksaan dan tindakan kepada Pak Amir, sebelum saya beranjak keluar ruang observasi.

Di akhir cerita ini, saya ingin memberi catatan. Terima kasih kepada RS Persahabatan dengan pelayanan IGD yang lebih baik daripada saat pelayanan kepada isteri dan putri saya beberapa waktu lalu (sudah lama sih). Satpam yang tanggap dan membantu. Untuk pasien dengan status JKN, yang konon dipersulit dan lama ditangani, malam ini tidak saya alami ketika antar tetangga ke RS Persahabatan. Sedikit antri dilayani wajar, karena pasien IGD memang banyak. Sekali lagi, terima kasih RS Persahabatan dengan pelayanan lebih baik.

Catatan kedua, bagi peserta JKN jangan sungkan dan segera bawa ke IGD Rumah Sakit terdekat jika menganggap benar pasien keadaan gawat darurat. Abaikan prosedur rujukan berjenjang jika kondisi pasien harus diselamatkan. Meskipun yang tahu kondisi pasien benar-benar gawat darurat adalah dokter/rumah sakit.
Lekas sembuh Pak Amir, maaf tidak bisa menemani lebih lama. Semoga dimudahkan, dan dilayani baik oleh RS Persahabatan.

Kamis, 12 November 2015

, ,

HARI HARAPAN KESEHATAN NASIONAL #HKN51

Selamat pagi! Apa kabarmu hari ini? Alhamdulillah, Sehat ya.

Hari ini, Hari Kesehatan Nasional. Sudah 51 tahun, 12 November diperingati sebagai Hari Kesehatan Nasional (HKN).

Kemarin, 1 hari menjelang HKN, telah meninggal dunia dalam masa baktinya dr. Dionisius Giri Samudra. Dokter intersip ditempatkan di RSUD Cendrawasih Kep. Aru yang letaknya pun sulit dicari di peta. Pemerintah, profesi dokter, tenaga kesehatan dan kita semua berduka cita mendalam atas wafatnya satu lagi “Pahlawan Kesehatan”. 

Menangis sedih itu boleh, tapi tak perlu meratapi. Sebaliknya wafatnya dr Andra,“Pelayanan Kesehatan Masyarakat”, ini harusnya menjadi inspirasi bagi dokter, tenaga kesehatan, pemerintah dan masyarakat Indonesia. Inspirasi pengabdian bagi profesi kesehatan. Inspirasi bagi kita semua, apa yang kita lakukan untuk menjaga, memelihara dan memperjuangkan kesehatan kita? 

Layaknya sebuah peringatan atau hari ulang tahun, kita harapan sebelum meniup lilin. Oleh sebab itu, pada Hari Kesehatan Nasional ini mari kita panjatkan harapan (make a wish), Harapan Kesehatan. Harapan itu bisa untuk kesehatan diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa Indonesia. 

Kita bisa berharap dalam hati. Kita pula bisa mengekspresikan harapan itu. Bisa melalui status Facebook, kicauan Twitter, jepretan foto Instagram, broadcast BBM atau Whatsapp, postingan di blog dan dimana saja. Tulislah harapan kesehatan itu dengan tanda pagar ‪#‎HKN51‬. Melalui twitter, kaitkan harapanmu ‪#‎HKN51‬ pada akun @PuskomDepkes yang akan menebarkannya kembali.

Biarkan orang lain membaca harapan itu, biarkan dunia maya mencatat harapan kesehatan itu. Mari kita jadikan hari ini, Hari Kesehatan Nasional, menjadi Harapan Kesehatan Nasional ‪#‎HKN51‬. Siapa tahu harapan kesehatan kita, menginspirasi orang lain. Dan berharap kuat, harapan kesehatan kita menjadi kenyataan di tahun berikutnya.

Apa harapanmu di Hari Kesehatan Nasional ‪#‎HKN51‬ ini?

Selasa, 10 November 2015

, ,

Coba @TomyamKelapa kalau berani, pasti ketagihan!

Saya punya teman, panggil saja @SobatBercahaya. Seingat saya, pertama kali dan terakhir (hingga saat ini) bertemu dengannya pada acara Kopdar Blogger Nusantara 2012 di Makassar. Selebihnya hanya komunikasi daring, itu pun teramat jarang sekali. Saya tak akan cerita hubungan pertemanan dengan @SobatBercahaya. Apalagi kategorinya bukan teman tapi mesra, percayalah sama sekali tak menarik.

Nah, yang justru menarik adalah tawaran dia pada akhir pekan ini. Untuk kedua kalinya, @SobatBercahaya menawari saya mencicipi masakan olahannya, @TomyamKelapa. Jujur, sudah sering saya menyantap masakan khas Thailand itu. Jadi menurut saya, mengapa saya harus jauh-jauh dari Klender Jakarta ke warungnya di kawasan Tangerang hanya demi semangkok Tomyam? Meski diembel-embeli nama @TomyamKelapa.

Bukan teman dong kalau saya tak menuruti tawarannya. Gratis pula. Tapi saya menjawab halus, mungkin lain waktu jika kebetulan main ke daerah sana. @SobatBercahaya tak kehilangan cara menggoda. Dasar anak sekarang ya, dia menawarkan untuk antar @tomyamkelapa melalui jasa ojek. Maaf saya tak mau sebut brand. You knew lah. Okelah, tak ada pahitnya saya terima. Nanti tinggal bayar melalui tukang ojeg. Ehh, dasar si @SobatBercahaya ini memang bercahaya baiknya. Dia mau antar itu @TomyamKelapa dengan syarat bahwa saya tak boleh bayar. Ealah, ya sudahlah dia memaksa begitu. Saya malu-malu mau banget. Mungkin itu nasehat dukunnya kali. Canda Baha! :))
Anda pasti tak sabar bagaimana rasanya @tomyamkelapa besutan dedengkot @WarungBlogger ini. Jadi singkat kata, senin siang sampailah itu barang di kantor saya. Rupanya @sobatbercahaya ini “ngamuk”. Awalnya saya mengira bakal dikirimi 1 porsi saja, ternyata dia kirim 3 porsi @tomyamkelapa dalam kemasan batok kelapa berbalut plastik. 

Tanpa babibu, saya minta teman kantor mencicipi. Saya heran, kok semua orang yang mencicipi bilang enak. Katanya rasanya beda. Saya tegaskan lagi, apakah semua bilang enak karena tidak enak dengan saya, karena saya yang minta nyicipi? Mereka bilang jujur enak. Malah mereka minta ditraktir lagi @tomyamkelapa. Nah, ini nggak enaknya :))

Saya pun ikut cicipi sebelum rapat siang. Emang mantabs. Kuahnya kental, asam manisnya pas. Berasa segar di tenggorokan. Campuran udang dan ayam juga kelapa muda benar-benar jos gandos. Buat yang suka pedas, lebih makyus sempurna jika ditambahi cabe. Untung, saya tak suka pedas. Plus, kemasannya eksotis banget, dalam batok kelapa. Baru sekali ini saya makan Tomyam kuahnya dari air kelapa, dicampur daging kelapa dan disajikan dalam batok kelapa. Pengalaman baru. Saya dan semua kawan kantor yang mencicipi, merekomendasikan @tomyamkelapa dan mereka minta saya traktir (lagi). Iya deh, dicatat.

Kalau saya makan enak, saya ingat istri. Daripada keburu habis disikat teman kantor, saya selamatkan 1 porsi untuk istri. Saat jemput, istri gembira begitu saya katakan bawa oleh-oleh Tomyam. Istri saya suka makan berkuah, apalagi yang asem segar. Sampai rumah istri saya tak sabar mencoba @tomyamkelapa dari chef @sobatbercahaya. Ssrruuupputtt!!! Spontan istri saya bilang,"ini Tomyam ter-enak yang pernah saya makan".

Stop! Sampai disini saja ceritanya. Saya sudah hafal benar bagaimana isteri saya mengomentari sesuatu, termasuk makanan. Dia akan banyak ngomong rasa, bumbu yang digunakan berikut menerka bagaimana memasaknya. Pokoknya, kalau istri saya bilang ter-enak, itu sudah cukup. Bagi saya tak ada lagi makanan yang lebih enak lagi. Intine, @tomyamkelapa MANTAB!!! Joss Gandoss!!

Eeehh.. Pasti ada yang membatin,"ya iyalah, memuji setinggi-tinggi karena dikasih gratis. Jangankan hanya membatin, anda teriak saja, saya tak peduli. Ini bukan hanya soal rasa @tomyamkelapa semata-mata. Karena untuk makanan, saya hanya mengenal 2 istilah: enak dan enak sekali. Jadi, andai @tomyamkelapa-nya si @sobatbercahaya ini rasanya biasa saja, saya bilang enak. Tapi, sekali lagi tapi, yang bilang enak itu semua kawan kantor saya yang mencicipi. Diantara mereka, ada 2 orang yang punya keahlian pencicip makanan. Mencicipi sesendok saja komentarnya sepiring. Apalagi mencicipi bersendok-sendok. Teristimewa istri saya, waduh kalau yang satu ini, saya selalu percaya penilaiannya; @tomyamkelapa adalah tomyam terenak yang dia makan.

Dan bagi saya pribadi, selain rasa yang tak diragukan kemantabannya, saya bangga punya teman dengan kemampuan meracik dan memasak seperti @sobatbercahaya ini. Kagum dengan keberaniannya menjadi wirausahawan kuliner. I'm proud about you, bro

Trust me, @tomyamkelapa is MANTAB!!!

---
Tomyam Kelapa, Jl. Sulawesi Raya RT. 08/011 (Area parkir lapangan tennis Villa Bintaro Indah) Jombang, Ciputat, Tangerang Selatan Banten WA. 082322231446 email. adatomyamkelapa@gmail.com

Senin, 09 November 2015

DEMI ANAK, DIBELA-BELAIN DEH!

PAGI INI.

"Ayah, Lala ada tugas sekolah mencari makanan gemblong," kata Lala, putri pertama saya. Bagi yang belum tahu, Gemblong itu terbuat dari ketan, biasanya berbentuk bulat warna coklat bersalut gula.Gemblong rasanya legit. Biasanya saya melihat pedagang Gemblong di lampu merah Gadog Bogor. Jauh kan? Kalau di Klender Dimana mesti mencari? Belum juga menentukan jawaban, tiba-tiba asik Lala menyela. 

"Yah, nissa juga ada tugas, wawancara pedagang", ujarnya.

Singkat cerita, saya menemani 4 putri saya blusukan ke Pasar Klender. Sekedar informasi saja, Pak Jokowi juga blusukan di Pasar Klender. Intermezo. Sebenarnya kami tak tahu apakah ada penjual Gemblong di Pasar Klender. Jalan kaki menyeberang rel kereta api, menelusuri lapak-lapak seadanya penjual buah dibawah jembatan Klender. Hujan kemarin sore menyisakan lorong lapak yang becek.

Memasuki lantai bawah (basement) Pasar Klender dimana banyak dijual makanan, belum juga tercium aroma Gemblong. Mendekati penjual makanan gethuk dan bertanya, apakah jualan Gemblong?. Dia menggeleng. Kami lanjut melewati para penjual makanan dengan penerangan temaram. Tercium aneka aroma khas makanan. Mendekati pintu keluar, seorang penjual berjongkok. Di depannya ada terumbu warna biru bertuliskan "Gemblong Ibu Anis". Ahh, lega rasanya. Satu bungkus plastik seharga Rp 5 ribu. Kami membeli 2 bungkus, 1 bungkus untuk dicoba makan anak-anak, karena mereka juga baru tahu makanan Gemblong. Dan 1 bungkus dibawa ke sekolah untuk memenuhi tugas.

Saya tawarkan Nissa untuk mewawancarai penjual Gemblong, tapi ia masih malu. Dalam perjalanan kembali ke rumah, tiba-tiba putri-putriku minta mampir bermain di taman aktif fo Klender. Taman Aktif fo Klender adalah sebuah wahana di bawah jembatan layang Klender. Sebuah tempat yang semestinya dikhususnya untuk anak-anak bermain. Tetapi yang terlihat banyak sekali orang tidur di sana sini diantara mainan undakan dan sudut taman. Lampu taman menggantung hampir jatuh. Prosotan yang sudah rusak. Yang tersisa 3 ayunan anak-anak. Tak ada tanaman atau rumput.

Selesai bermain sebentar, anak-anak sudah bosan. Mungkin karena minimnya fasilitas taman. Kembali menyusuri lorong becek penjual buah, menyeberang rel dan jalan raya I Gusti Ngurah Rai. Anak-anak terlihat haus. Kita pun berhenti di warung penjual kelapa muda dan memesan 2 batok kelapa muda.

Saya tawarkan Nissa mewawancarai penjualnya. Mungkin sudah cukup kenal dengan penjualnya, akhirnya Nissa pun membuka catatan daftar pertanyaan yang sempat ia buat. Daftar pertanyaan yang sederhana. Begitu pula proses wawancara pun seperti tanya jawab biasa. Antara si penanya dan yang di tanya adalah 2 orang dengan kepolosannya masing-masing. Otentik! Wawancara diakhiri dengan foto sebagai bukti melaksanakan tugas. Ahh, lega hati akhirnya. Haus hilang, blusukan senang ke pasar, dan 2 tugas 2 putri saya terlaksana. 

KEMARIN SORE. 

Tidur, salah satu cara saya mengembalikan lelah fisik dan pikiran. Sabtu sore, sekitar jam 16.30, Lala putri pertama saya membangunkan tidur saya. 

"Yah, adik-adik ingin makan steak. Mereka kan belum pernah yah"

"Mau makan steak dimana?", jawab saya, diantara sadar dan tidak. 

"Ditempat yang waktu itu yah," jawabnya sambil mengingatkan suatu ketika saya pernah mengajak

Lala dan Nissa menikmati steak, lebih dari setahun lalu. Itulah pertama kali mereka makan steak. Kalimat "mereka belum pernah yah" seakan mengusir sisa-sisa rasa lelah dan kantuk. 

"Ya sudah, mandi dulu sana" "Sudaaahhhhh," serempak 4 putri saya menjawab. Weladalah, rupanya mereka sudah selesai mandi. 

Malah mereka sudah lengkap memakai baju yang biasa digunakan keluar rumah. Saya pun bergegas mandi. Selesai keluar kamar mandi, Gya putri kecil saya menunggu di depan pintu. 

"Ayah, hujan deras. Nggak jadi dong kita makan steak," wajahnya menyemburatkan rasa kecewa. 

"Loh, jadi dong. Ayo, berangkat" 

"Yeaaayyy, jadi kaakkk," dia girang sambil berlari ke kamar mengabari kakaknya. 

Menerobos hujan pertama yang begitu di nanti setelah kemarau panjang, kami menuju sebuah mall kecil di kawasan Duren Sawit. Hujan sangat lebat, air selokan di kampung kami meluap hingga ke jalan. Airnya hitam pekat dan menyebarkan aroma busuk. Sekitar 15 menit, kami sampai di Mall. Selesai makan steak menjelang magrib, disodorkan tagihan lumayan gedhe untuk ukuran gaji PNS. Tak apa lah, yang penting anak-anak gembira. Toh jarang banget.