Setiap orang punya alasan ngeblog. Tapi yang lebih penting dari itu semua, tulislah sejarahmu sendiri (Anjari, 29 Februari 2011).
Minggu, 27 Desember 2015
Jumat, 25 Desember 2015
Tamu Istimewa Tenaga Humas Pemerintah
Kamis, 24 Desember 2015
Pengalaman Menjadi Dosen Tamu UI
Selasa, 22 Desember 2015
Untuk Siapa Ucapan Selamat Hari Ibu?
"Selamat hari Ibu, Bunda," katanya.
"Terima kasih nak. Jaga adik di rumah ya. Meski libur, kalau bisa tetap belajar", jawab bundanya sambil memeluknya.
Penetapan hari ibu ini juga diilhami oleh pejuang-pejuan wanita seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain secara tidak langsung telah merintis organisasi perempuan melalui gerakan-gerakan perjuangan.
Kamis, 03 Desember 2015
Cerita Indahnya Pertemuan Kementerian Kesehatan dengan Doktor Warsito
Buat Rekan-Rekan Semua, mohon maaf telah menyebabkan polemik yang kurang nyaman.
Perlu kami tegaskan bahwa aktifitas yang kita lakukan selama ini ada berbasis MoU dengan Litbang Kementerian Kesehatan 2012 yang meliputi: uji in vitro, uji in vivo, uji validitas alat diagnostik ECVT dan studi kasus penderita kanker yang ditreatment dg ECCT. Uji validitas ECVT dan studi kasus ECCT telah mendapatkan ethical clearence Kemenkes.
Berdasarkan perkembangan terakhir apakah kegiatan di atas perlu diteruskan, dihentikan atau diformat ulang dalam bentuk lain, maka hari ini Rabu (2/12/2015) 13:30-15:30, dilaksanakan pertemuan antara Kementerian Kesehatan yang diwakili oleh Plt Kepala Badan Litbangkes/SAM Bidang Medika Legal Drg. Tritarayati SH. MH.Kes, Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi dr. Siswanto, MHP, DTM, Staff Khusus Kementrian Kesehatan Prof. DR. dr. Akmal Taher, SpU (K) dan PT Edwar Teknologi yang diwakili oleh Dr Warsito P Taruno M.Eng , Dr Edi Sukur dan Fauzan Zidni yang diadakan di Kantor Kementrian Kesehatan, Kuningan.
Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan sebagai berikut:
- Kementrian Kesehatan melakukan review hasil penelitian yang telah dilakukan PT Edwar Teknologi paling lama 30 hari kerja terhitung tanggal 2 Desember 2015, mencakup: evaluasi penelitian in vitro dan in vivo dan evaluasi kasus.
- PT Edwar Teknologi tidak menerima klien baru sampai hasil evaluasi sebagaimana butir 1.
- PT Edwar Teknologi dapat melakukan tindak lanjut (follow up) klien lama.
Apa pun keputusan hasil evaluasi kami menyatakan akan sepenuhnya mentaati arahan yang akan diberikan oleh Kementrian Kesehatan setelah hasil review selesai.
Sungguh indah silaturahmi hari ini.
Tentu saja status saya tidak menjelaskan detil substansi dan teknis, karena kapasitas saya tidak disitu, tetapi bagaimana publik memahami hubungan antara kemenkes dan PT ET (Pak warsito) tidak diwarnai perbedaan runcing spt tergambar di media.
Namun sedikit merespon pernyataan dari pihak pak warsito bahwa penelitian yang dilakukan telah merujuk pada MOU. Justru disinilah titik awal proses reviu itu. Apakah benar telah melalui proses penelitian yg baik spt in vitro, in vivo dan studi kasus/uji validitas. Tentu kita mesti menunggu reviu yang dilakukan Badan Litbangkes, tentu melibatkan pakar-pakar terkait dalam waktu 30 hari kerja ke depan.
Ada yang menanyakan tentang bentuk follow up. Yang dimaksudkan bukan bersifat pelayanan medis, tetapi konsultasi fisika medis. Kedua pihak (Kemenkes dan PT ET) sefaham bahwa terhadap klien lama yang memerlukan terapi kanker harus dilakukan oleh tenaga medis di fasyankes.
Jika nantinya akan dilanjutkan penelitian pemanfaat ecvt dan ecct akan dilakukan di rumah sakit, Bukan di tempat yang selama ini dipakai oleh doktor warsito. Menurut pengakuan pihak PT ET bahwa hubungan selama ini dilengkapi informed consent sebagai proses penelitian. Dan status sebagai "klinik" pun tidak dipakai lagi. Tentu saja, follow up klien lama dan klinik ini menjadi bahan evaluasi selama 30 hari ini. Adapun kata yang digunakan pak warsito memang "guidelines" dan "pengawasan" tetapi dalam konteks evaluasi dlm 30 hari ini akan diterapkan kaidan penelitian yg baik
Selasa, 01 Desember 2015
Tantangan Menghadang Tenaga Humas Pemerintah
Minggu, 29 November 2015
Pengalaman Antar Pasien JKN Gawat Darurat di RS Persahabatan
Saya ingin menutup hari ini dengan sebuah cerita pengalaman sendiri malam ini.
Menjelang waktu isya, saya mandi. Tengah bersampo ria bersihkan kepala dari sisa cukuran rambut, terdengar ketukan suara pintu kamar mandi. Terdengar suara istri mengabari bahwa ada tetangga sakit, mohon segera selesaikan mandi dan menolong tetangga yang sakit. Begitu informasi dan saran istri.
Bergegas selesaikan mandi, ganti baju dan menuju rumah tetangga di belakang rumah. Sebelum keluar sempat menyambar kunci mobil. Sesampai di rumahnya, nampak Pak Amir, tetangga saya, duduk di kasur yang tergelar di lantai dengan nafas tersengal-sengal. Nampak isterinya kebingungan. Ada juga Pak Nali, tetangga saya yang lain.
Dari isterinya mendapat informasi, jika suaminya sulit nafas dan dada sesak. Terlihat benar rauh wajah kesakitan pak Amir. Diputuskan membawa Pak Amir ke rumah sakit, saya membawanya bersama Pak Nali. Sebelum berangkat, saya memastikan bahwa Pak Nali membawa kartu JKN pak Amir.
Ditengah jalan, Pak Nali mengatakan biasanya orang-orang di wilayah kami di Klender peserta JKN dibawa ke RS Budiasih. Dikihat dari jarak dan kondisi pak Amir yang sulit dan sesak bernafas, saya putuskan membawa ke IGD RS Persahabatan. Pak Nali menyetujui, terserah saya katanya. Sepengetahuan dan keyakinan saya menguatkan bahwa dalam keadaan darurat pasien JKN bisa langsung ke RS terdekat.
Mobil saya pacu sekencang mungkin. Sesekali menyorot lampu jauh dan klakson. Juga lampu riting kanan kiri dinyalakan kedap kedip, bermaksud memberikan tanda darurat. Di tengah jalan sempat sangat khawatir. Terdengar nafas cepat dan tersengal pak Amir, berikut rintihan kesakitan, kami terkenal kemacetan panjang di depan penjara cipinang. Biang keroknya rentetan pada kereta Listrik Jakarta - Bekasi (PP).
Setelah lebih dari 30 menit, sampailah di RS Persahabatan. Ternyata saya salah jalan menuju IGD. Untunglah, Satpam sigap membuka portal ketika saya katakan membawa pasien emergensi. Pak Satpam pula bergegas mengambil tempat tidur untuk membaringkan pasien. Bahkan ada juga seseorang, sepertinya Satpam juga yang sudah berganti baju pulang, ikut membantu menurunkan pasien. Setelah pasien turun saya memarkir mobil, sebelum menyusul ke ruang triase.
Sampai di Ruang triase, nampak perawat sedang memeriksa seorang pasien. Di belakang nampak juga seorang pasien diatas kursi roda antri diperiksa. Saya memberi tahu perawat agar mendahulukan pasien yang saya bawa karena kondisinya yang terlihat semakin kesakitan. Saya khawatir tidak tertolong. Syukurlah, perawat mengerti. Segera mengukur tensi dan bertanya riwayat sakit.
Sementara itu, Pak Nali juga telah mendaftarkan pasien pak Amir dengan status pasien JKN. Saya Tanya Pak Nali, apakah berhasil daftar dengan JKN? Dipersulit? Pak Nali mengatakan lancar. Syukurlah.
Tak berapa lama, triage selesai. Kami bersama perawat mendorong tempat tidur ke ruang observasi. Setelah menunggu 15 menit, dilakukan pemeriksaan sepertinya rekam jantung oleh perawat laki-laki. Saya bertanya dugaan sakitnya. Perawat mengatakan untuk Sementara patut diduga susah nafas dan Sakit sesaknya dari jantung. Perawat itu menuju ke nurse station menemui dokter. Tak berapa lama, dokter memanggil Keluarga pak Amir. Karena hanya ada saya sebagai tetangga, dokter bertanya beberapa hal termasuk status pasien apakah JKN. Saya mengiyakan. Setelah itu, dokter memberikan 4 butir pil dan harus segera diminum. Saya tak sempat bertanya guna pil itu, dengan Pak Nali saya berusaha membantu pak Amir minum obat.
Sekitar 2 jam menungg, isteri pak Amir datang untuk gantian menunggu. Saya pun pamit. Masih sempat saya lihat seorang dokter dan perawat melakukan pemeriksaan dan tindakan kepada Pak Amir, sebelum saya beranjak keluar ruang observasi.
Di akhir cerita ini, saya ingin memberi catatan. Terima kasih kepada RS Persahabatan dengan pelayanan IGD yang lebih baik daripada saat pelayanan kepada isteri dan putri saya beberapa waktu lalu (sudah lama sih). Satpam yang tanggap dan membantu. Untuk pasien dengan status JKN, yang konon dipersulit dan lama ditangani, malam ini tidak saya alami ketika antar tetangga ke RS Persahabatan. Sedikit antri dilayani wajar, karena pasien IGD memang banyak. Sekali lagi, terima kasih RS Persahabatan dengan pelayanan lebih baik.
Catatan kedua, bagi peserta JKN jangan sungkan dan segera bawa ke IGD Rumah Sakit terdekat jika menganggap benar pasien keadaan gawat darurat. Abaikan prosedur rujukan berjenjang jika kondisi pasien harus diselamatkan. Meskipun yang tahu kondisi pasien benar-benar gawat darurat adalah dokter/rumah sakit.
Lekas sembuh Pak Amir, maaf tidak bisa menemani lebih lama. Semoga dimudahkan, dan dilayani baik oleh RS Persahabatan.