Senin, 27 April 2015

, , , , , ,

6 Fakta Menepis Rumor Imunisasi

Ketika berangkat morning briefing, tak sengaja saya menemukan leaflet "Fakta Imunisasi" pagi ini. Leaflet imunisasi ini saya temukan di meja ruang tamu resepsionis, di depan ruang pers. Karena begitu penting dan bersamaan dengan minggu peluncuran Pekan Imunisasi, alangkah baiknya saya bagikan kepada anda.

Inilah 6 fakta menepis rumor imunisasi, yaitu :
Rumor #1. katanya, dr. Wakefield membuktikan kalau vaksin MMR menyebabkan autisme.

Faktanya, Wakefild juga bukan ahli vaksin. Ia dokter spesialis bedah. Penelitian Wakefield tahun 1998 hanya menggunakan sampel. Setelah diaudit oleh tim ahli terbukti bahwa Wakefield memalsukan data sehingga kesimpulannya salah. Ini sudah diumumkan di majalah British Medical Journal pada Februari 2011. Banyak penelitian lain oleh ahli vaksin di banyak negara menyimpulkan bahwa Autis tidak disebabkan oleh vaksin MMR.
Rumor #2. katanya, Etil Merkuri pada vaksin tidak aman, karena zat kimia ini berbahaya yang dapat merusak otak.

Faktanya, jumlah total etil merkuri pada vaksin sekitar 2 mcg/kgbb/minggu, jauh dibawah ambang batas aman yang ditetapkan WHO yaitu 159 mcg/kgbb/minggu. Ini berarti kandungan etil mercuri pada vaksin masih aman.
Rumor #3. katanya, vaksin yang dipakai di Indonesia buatan negara asing. 

Faktanya, vaksin untuk imunisasi di Indonesia buatan BUMN yaitu PT Biofarma Bandung dengan 98% karyawan muslim. Proses penelitian diawasi ketat dari ahli vaksin BPOM dan WHO. Vaksin buatan Indonesia ini juga diekspor ke 120 negara, termasuk 36 negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam seperti Iran dan Mesir.
Rumor #4. katanya, imunisasi hanya diprogram pada negara muslim dan miskin agar menjadi bangsa yang lemah.

Faktanya, 194 negara baik negara maju, negara non muslim dan negara dengan status ekonomi tinggi juga melakukan imunisasi. Ternyata bangsa-bangsa tersebut dengan cakupan imunisasi tinggi justru lebih sehat dan kuat.
Rumor #5. katanya, banyak artikel di buku, tabloid dan milis mengatakan bahwa Amerika banyak kematian bayi akibat vaksin.

Faktanya, bahwa bahwa pada periode tahun 1991-1994 di Amerika telah terdapat 38.787 Laporan Kejadikan Ikutan setelah/paska Imunisasi (KIPI) yaitu nyeri, merah, bengkak, demam, pusing dan muntah. Penulis artikel menafsirkan angka tersebut menjadi angka kematian bayi. Sebenarnya, dengan angka KIPI mencapai 0,9 persen tersebut, Amerika tidak menghentikan vaksinasi. Sebaliknya mempertahankan cakupan imunisasinya lebih besar dari 90 persen penduduk AS.
Rumor #6. katanya, ASI, GIZI, suplemen herbal dapat menggantikan imuniasi.

Faktanya, ASI, gizi dan suplemen herbal hanya memperkuat pertahanan tubuh secara umum. Jika jumlah kuman banyak atau ganas, perlindungan umum tidak mampu melindungi bayi. Ini berakibat cacat, sakit berat atau meninggal dunia. Imunisasi membentuk antibodi yang spesifik melawan kuman atau racun tertentu. Bekerja lebih cepat, efektif dan efisien mencegah penularan penyakit berbahaya.
Kesimpulannya, peneliti Imunologi dan Epideiologi membuktikan bahwa bayi balita yang tidak diimuniasi lengkap, tidak memiliki kekebalan spesifik kepada penyakit berbahaya. Mereka mudah tertular, menderita sakit, menularkan ke anak lain, terjadi wabah sehingga menyebabkan banyak kematian dan cacat.

Mari kita melihat data. Wabah polio 2005-2006 di Sukabumi. Akibat banyak bayi balita tidak diimunisasi Polio, beberapa bulan kemudian virus polio menyebar sampai Banten, Lampung dan Madura. akibatnya, 305 anak lumpuh permanen.

Wabah Campak 2010-2011, mengakibatkan 5.818 anak dirawat di rumah sakit dan 16 anak meninggal dunia. Wabah Difteri 2009-2011 di Jawa Timur akibatkan 816 anak dirawat di rumah sakit dan 54 anak meninggal dunia.

Apakah akan kita biarkan anak-anak kita cacat dan meninggal dunia disebabkan keenggan kita melakukan imunisasi?

0 komentar:

Posting Komentar