Kamis, 25 Februari 2016

,

Facebookmu Dirimu

Menurut riset, dari sekian ribu teman facebook kita hanya mengenal sekitar 120 orang. Yang terkoneksi paling dekat sekitar 5 orang, itu pun biasanya keluarga. Kemudian sekitar 50 orang yang sekedar kenal nama dan segelintir profilnya. Selebihnya, kita hanya berteman di Facebook tapi tidak tahu siapa sebenarnya mereka.

Hanya melalui status facebook yang berseliweran di linimasa, kita mengidentifikasi siapa teman-teman kita itu. Melalui tulisan, gambar dan video yang ditayangkan, kita sedikit mengenal seperti apa orang yang berteman Facebook dengan kita.

Kita bisa temukan ada yang mayoritas statusnya berisi keluhan, protes bahkan ujaran kebencian. Banyak juga kalimat bijak dengan kata mutiara bak pujangga atau ala motivator.

Ada juga curahan hati, galau dan ekspresi kejombloan, terutama di malam minggu. Dan pastinya banyak yang pamer foto selfie, wefie dan grupie, lengkap dengan tempat wisata dan kuliner. Ada juga yang statusnya ini itu, begini begitu. Banyak banget.

Dari status Facebook itulah kita coba menerka dan mereka bentuk, seperti apa dan siapa teman-teman Facebook kita. Jadi, status facebook menunjukkan bagaimana kamu ingin dikenal orang lain. Kamu gimana?

Rabu, 10 Februari 2016

,

Inspirasi Dahlan

"Selamat siang, pak," sapaku sambil menyalami.
"Eh, pernah ketemu ya?"
"Iya pak semalam di acara SPS . Boleh selfie pak?"

Cekrek. Saya ber-wefie dengan Pak Dahlan Islan, tak lama masuk ruang tunggu bandara Praya NTB.

Teringat salah satu nasehat beliau,
Jangan pikirkan MEA, apalagi jika membuat anda khawatir. Kerjakan saja yang terbaik. Negara Thailand, Vietnam, Malaysia dan lain-lain juga melihat Indonesia sebagai ancaman dalam MEA. Meski katanya, SDM kita yang mampu bersaing di era MEA hanya 15 persen, tapi itu lebih besar dari negara lain di ASEAN.
Andai saja orang pinter Indonesia dikumpulkan dalam satu pulau, jumlahnya jauh lebih banyak dari seluruh penduduk Singapura. Andai orang kaya Indonesia dikumpulkan dalam satu pulau, jumlah kekayaannya lebih besar dari negara Australia.
Menurut tahun China, ini tahun monyet api. Maknanya, bagi orang yang CERDIK dan SEMANGAT akan meraih kesuksesan.
Terima kasih, pak Dahlan.

Selasa, 19 Januari 2016

,

Restrukturisasi Kehumasan Pemerintah

Pada setiap pergantian kabinet pemerintahan hampir dipastikan terjadi restrukturisasi organisasi dan tata kerja kementerian. Restrukturisasi itu bisa berupa penambahan, pengurangan dan re-nomenklatur stuktur organisasi disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan organisasi. Tak terkecuali restrukturisasi juga menyentuh kehumasan pemerintah.

Adanya Undang Undang Keterbukaan Informasi Publik dan Undang Undang Publik mendasari upaya penyampaiaan informasi dan komunikasi yang cepat dan tepat kepada masyarakat tentang hal-hal yang perlu mereka ketahui. Di samping itu, dalam era konsolidasi demokrasi dan keterbukaan ini, sangat diperlukan keterlibatan publik untuk memberi masukan dan saran kepada Pemerintah. Sebab, partisipasi publik adalah komponen penting dalam penyampaian informasi kepada masyarakat dan komunikasi dengan publik. Untuk menyampaikan informasi kepada publik dan mewujudkan keterlibatan publik ini diperlukan komunikasi yang efektif melalui public relations.

Perkembangan kehumasan atau public relations, baik di dunia maupun di Indonesia, telah menunjukkan peningkatan peran humas dari peran teknis operasional menjadi peran manajemen strategis. Peran humas sangat penting dan strategis, karena hasil kerjanya berdampak pada terbentuknya citra dan reputasi organisasi di masyarakat.



Selain itu, kecepatan komunikasi dari organisasi, dalam hal ini Kementerian Kesehatan dengan masyarakat menunjukkan bahwa Pemerintah selalu hadir di masyarakat dengan membangun transparansi dan membuka partisipasi publik. Hal ini sesuai dengan agenda Nawa Cita serta Visi, dan Misi Pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden Jokowi-JK.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara, kehumasan termaktub dalam fungsi sekretariat jenderal dalam pembinaan dan pemberian dukungan administrasi. Oleh sebab itu, perlahan namun pasti stuktur kehumasan kementerian pada Kabinet Kerja ini menggunakan nomenklatur Biro Hubungan Masyarakat, Biro Komunikasi dan lain-lain. Ini berbeda dengan nomenklatur kehumasan yang terlanjur akrab pada 10 tahun pemerintahan sebelumnya seperti Pusat Komunikasi Publik, Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat dan lain-lain. Apakah ada penamaan yang berbeda? Tidak. Pada Perpres yang mengatur organisasi kementerian sebelumnya, secara normatif kehumasan menjadi fungsi kesekretariatan jenderal. Yang membedakan, kebijakan Kementerian PANRB dalam implementasi restrukturisasi organisasi dan tata kerja kementerian.

Dalam berbagai kesempatan rapat restrukturisasi tahun lalu, Penulis menyampaikan kepada Tim Kemenpan RB akan penting dan urgensinya struktur kehumasan langsung berada dibawah Menteri. Bahkan juga dibuatkan policy paper agar kehumasan tidak dipandang semata-mata urusan kesekretaritan jenderal yang bersifat koordinatif dan pemberian dukungan administratif kepada organisasi lini semacam Direktorat Jenderal dan Badan. Kehumasan harus dipandang dan ditempatkan pada posisi strategis, terlibat langsung pada pengambilan kebijakan dan secara substansi langsung bertanggung jawab kepada Menteri. Tetapi rupanya kebijakan Kemenpan RB sudah bulat, kehumasan “dikembalikan” dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris Jenderal baik secara substantif maupun administratif.

Menurut pengalaman penulis, ada perbedaan mendasar penempatan stuktur kehumasan dibawah langsung Menteri (Pusat) dengan dibawah Sekretaris Jenderal (Biro). Dengan status Pusat, Humas dapat menyampaikan informasi dan rekomendasi langsung kepada Menteri. Demikian juga, kedudukannya yang menempel langsung Menteri menjadikan Humas dapat hadir pada rapat-rapat pengambilan kebijakan. Hal ini akan berdampak pada kecepatan dan ketepatan dalam pengambilan kebijakan pemerintah. Sebaliknya dengan status Biro, segala sesuatu informasi dan rekomendasi terkait pengelolaan reputasi kementerian harus disampaikan terlebih dahulu kepada Sekretaris Jenderal. Jika Sekjen menyetujui baru diteruskan kepada Menteri.

Ditetapkannya Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Komunikasi Publik dan hadirnya Tenaga Humas Pemerintah yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri teknis dan Menkominfo, dapat dimaknai bahwa Pemerintah memandang betapa strategisnya kehumasan. Namun patut disayangkan, fungsi kehumasan yang terstruktur strategis selama 10 tahun juga rohnya Inpres Nomor 9 Tahun 2015 ini tidak sejalan dengan restrukturisasi kehumasan kementerian.

Kita berharap ada terobosan kebijakan dan posisi Sekretaris Jenderal di Kementerian diisi oleh sosok yang memahami urgensi dan pentingnya kehumasan dalam manajemen reputasi organisasi. Dengan demikian Humas Pemerintah dapat berkedudukan dan bertindak strategis dalam membangun citra dan reputasi Kementerian dihadapan publik.

Minggu, 27 Desember 2015

, , ,

Tulis Sejarah Sendiri

Setiap orang punya alasan ngeblog. Tapi yang lebih penting dari itu semua, tulislah sejarahmu sendiri (Anjari, 29 Februari 2011).

Malu rasanya pernah menulis seperti itu. Faktanya, sekarang sudah malas menulis blog. Waktunya sudah banyak tersita oleh tugas sebagai abdi negara yang nyaris 24 jam.
Semalam saat bongkar-bongkar file lama, tak sengaja saya menemukan kalimat diatas pada slide terakhir pada materi "Ngebog yuks" tertanggal 29 Februari 2011. Saya lupa materi itu saya sampaikan dimana. Bisa jadi sebelumnya saya telah menuliskan kutipan itu di status Facebook atau Twitter.

Karena membaca kutipan itu, semalam saya membaca postingan lama di http://Anjari.blogdetik.com. Ada nuansa romantisme masa lalu yang sulit tergambarkan. Seiring membatin untaian kalimat-kalimat postingan, terbayang suasana kebatinan saat postingan itu ditulis. Akhirnya, saya bisa merasakan sejarah yang saya tulis waktu itu.

Abaikan saya yang malas. Kepada Anda yang penuh semangat dan energi, ngeblog-lah. Tulislah sejarahmu sendiri. Tidak semua kita menjadi orang besar yang akan ditulis tinta sejarah. Tidak semua kita menjadi orang penting dimana banyak penulis mengabadikannya dalam biografi.
Ngeblog adalah upaya menuliskan sejarah dan "nisan" sendiri bagi blogger. Blog, tempat orang lain mengetahui, belajar dan bisa jadi "tempat ziarah" apapun tentang kita yang dilakukan oleh keluarga dan orang-orang generasi selanjutnya.

Tidak ada kata terlambat bagi yang mau. Sekali waktu, saya masih menorehkan sesuatu di akun Facebook, Twitter dan blog http://anjarisme.blogspot.com. saya berusaha menuliskan sesuatu yang positif dan (semoga) bermanfaat. Karena saya ingin anak keturunan mengenal ayah, kakek, dan buyutnya sebagai orang yang menebarkan positifme dan manfaat bagi sesama.
Tulislah sejarahmu sendiri, sahabat!

Jumat, 25 Desember 2015

, ,

Tamu Istimewa Tenaga Humas Pemerintah

Ada tamu istimewa datang ke Puskom Publik, Rabu (23/12) kemarin. Mereka, 3 orang Tenaga Humas Pemerintah (THP) dengan diantar seorang staf Kominfo. Maksud kedatangannya untuk memperoleh informasi mendalam kehumasan yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan.
Kami terbuka dengan kunjungan THP ini, semua Bidang di Puskom Publik hadir untuk memberikan informasi atau menjawab pertanyaan mereka. Selain diskusi, kami mengantar mereka melakukan kunjungan di setiap ruang kerja Puskom Publik.

Dari 3 orang THP yang hadir ini, 2 orang berlatar belakang wartawan dan 1 orang dari Lembaga Swadaya Masyarakat. Sepintas, mereka orang-orang dengan kapasitas personal dan kehumasan baik. Pantaslah, mereka 3 orang dari 47 orang yang diseleksi dari 1.779 pelamar THP. Awalnya ditargetkan 100 orang, tetapi yg lolos dari Tim Seleksi hanya 47 orang.

THP nanti ditempatkan pada setiap Kementerian dengan menempel Menteri. Kedudukan eselon II dan melaporkan tugasnya kepada Menteri teknis dan Menkominfo. Konon, THP akan mendapatkan tunjangan Rp 15 juta - Rp 20 juta untuk masa kerja 2 tahun.

Dari penjelasan seorang THP, kami dapatkan informasi bahwa THP bertugas memadupadankan kebijakan Pemerintah dengan Publik. Juga melakukan narasi tinggal informasi publik. Perlu diketahui, bahwa di lingkungan Pemerintah sudah ada Bakohumas yang dapat berfungsi seperti THP ini. Namun, sepertinya Kominfo lebih memilih merekrut tenaga-tenaga baru.

Sekitar 4 jam, saya melayani diskusi dan menemani 3 orang THP ini. Saya percaya kapasitas mereka. Tetapi saya ingatkan kepada mereka akan besarnya tantangan tugas sebagai Tenaga Humas Pemerintah ketika nanti ditempatkan di Kementerian.

Selamat datang THP. Semoga harapan Kominfo atas THP, dapat kalian tunaikan dengan baik.

Kamis, 24 Desember 2015

, , ,

Pengalaman Menjadi Dosen Tamu UI

“Halo Pak, saya Anjari dari Puskom Publik Kementerian Kesehatan”, sambil berjabat tangan.
“Terima kasih, Pak. Silakan. Lulusan sini juga ya?,” katanya menanyakan apakah saya lulusan UI.
“Bukan pak”
“Ohh, atau UGM?”
“Maaf pak, sebelumnya. Toilet dimana ya?”, saya sudah tak kuat lagi menahan hajat setelah menerobos kemacetan selama 2 jam perjalanan dari kawasan Kuningan Jakarta ke kampus UI Depok.
“Ohh, dibawah pak,” katanya sambil mengantar saya menuju toilet di lantai dasar.
Sungguh saya tak menyangka mendapat pertanyaan pertama pada awal perjumpaan seperti ini. Saya hanya bisa membatin sambil “tertawa gila” dalam hati. Mungkin, tampang dan penampilan saya lulusan UI atau UGM. Ini pasti salah, karena dulu saya gagal ikut UMPTN masuk UGM. UI? Sampai saat ini masih mimpi.
Atau barangkali yang menjadi dosen, atau dosen tamu di UI ini mayoritas lulusan UI dan UGM. Atau kampus top lainnya. “Maaf ya pak, saya mengecewakanmu,” batin saya. Faktanya, saya lulusan luar negeri. Alias perguruan tinggi swasta.


Kemarin (23/12), pertama kali saya menapak kaki di kawasan UI Depok. Tepatnya Fakultas Kesehatan Masyarakat. Menggantikan atasan saya untuk memberikan kuliah tamu “strategi dan implementasi komunikasi kesehatan masyarakat”.
Pengalaman yang berharga dan mengesankan. Berdiri selama 2 jam di depan sekitar 100-an mahasiswa dari 3 kelas. Saya berbagi pengalaman, insight dan contoh implementasi komunikasi publik. Dari 22 slide yang saya siapkan, hanya 4 slide terakhir yang memuat konsep strategi komunikasi kesehatan. Untuk teori dan konsep, mahasiswa UI ini pasti sudah dijejali pada setiap waktu perkuliahan.
“Terima kasih, kita mendapatkan contoh implementasi komunikasi hari ini. Setelah biasanya membahas konsep dan teori. Itu pun dari buku yang itu itu lagi”, kata dosen pendamping di akhir perkuliahan.
Di akhir kuliah, saya menutup dengan kutipan Herb Kelleher, "we have a strategic plan. Its called doing things". Karena faktanya, kami di Puskom Publik tidak sibuk muluk-muluk dengan strategi komunikasi, sebaliknya kami lakukan dan kerjakan strategi komunikasi.
Saya berusaha memberikan insight yang tepat dengan penyampaian yang terbaik sesuai kemampuan. Semoga tak mengecewakan mahasiswa dan dosen yang hadir. Terima kasih kesempatannya

Selasa, 22 Desember 2015

, ,

Untuk Siapa Ucapan Selamat Hari Ibu?

Pagi-pagi sekali, putri pertama saya, Fathimah Alif Salsabila memberikan bungkusan kecil untuk bundanya.

"Selamat hari Ibu, Bunda," katanya.
"Terima kasih nak. Jaga adik di rumah ya. Meski libur, kalau bisa tetap belajar", jawab bundanya sambil memeluknya.

Saya diam memperhatikan, tak mau merusak suasana syahdu itu. Setelah selesai, saya menyalami istri saya dan mengecup keningnya, kemudian pamit menyiapkan kendaraan.
Sementara itu, di Grup WA saya tertebaran gambar meme dan untaian puisi indah yang sepertinya diperuntukkan untuk Sang Ibu. Entahlah, apakah si pengirim pesan-pesan indah itu juga mengirimi Ibu-nya, selain di grup WA.

Mungkin saya termasuk "anak durhaka", karena seingat saya tak pernah mengucapkan secara lisan hari ibu kepada Simbok (Ibu). Apalagi dengan meme atau puisi-puisi indah yang semakin ngetrend di jaman belakangan ini.

Simbok saya itu orang yang sederhana. Beliau cukup meminta ditelepon sekurangnya 1-3x sebulan. Kata beliau, sekedar mendengar suara anaknya atau meriahnya suara cucu. Atau jika sempat, pulang kampung, agar beliau melihat anaknya yang sudah tak anak-anak lagi dan cucu-cucunya.
Simbok pasti kaget jika tiba-tiba mendapat meme dan puisi indah, karena itu terlalu rumit. Apalagi diembel-embeli dengan "Selamat Hari Ibu". Simbok saya lebih suka mendengar cerita saya dan tawa tangis cucunya meski melalui telepon. Beliau menyukai pelukan hangat anaknya saat datang pulang kampung dan pergi saat kembali ke Jakarta. Beliau menyukai mencium ubun-ubun cucu yang rambutnya bau matahari. Lebih nyata, lebih berasa.




Ngomong-ngomong hari ibu, yang hari ini (22/12) banyak orang mengucapkan selamat dengan gambar dan puisi menyentuh, sebenarnya seperti apa sih sejarahnya?
Sedikit serius nih. Mari kita kembali ke masa lalu. Pada tanggal 22 s/d 25 Desember 1928 bertempat di Yogyakarta, para pejuang wanita Indonesia dari Jawa dan Sumatera pada saat itu berkumpul untuk mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I (yang pertama). Gedung Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto, Yogyakarta menjadi saksi sejarah berkumpulnya 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera yang kemudian melahirkan terbentuknya Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Kemudian Presiden Soekarno melalui melalui Dekrit Presiden Nomor 316 tahun 1959 menetapkan bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga saat ini.
Penetapan hari ibu ini juga diilhami oleh pejuang-pejuan wanita seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain secara tidak langsung telah merintis organisasi perempuan melalui gerakan-gerakan perjuangan.

Nah, begitu ceritanya mengapa tanggal 22 Desember diperingati Hari Ibu. Tapi kaN pahlawan sesungguhnya seorang anak ya Ibu. Itu benar 1000 persen. Surga dibawah telapak kaki ibu. Hanya saja, barangkali selain "ucapan hari Ibu" untuk Ibu yang melaporkan kita, juga untuk mengenang wanita-wanita pejuang Indonesia.

Pada saat yang sama, saya mengajak kita memahami sejarah dan makna sebuah hari yang diperingati nasional. Sehingga kita tahu benar, untuk siapa sesungguhnya ucapan "Selamat Hari Ibu" itu.
Jika untuk Ibu yang melahirkan kita, semestinya setiap hari kita harus mengucapkan selamat hari ibu melalui doa-doa yang kita panjatkan. Juga komunikasi yang bisa setiap saat kita lakukan. Tidak cukup hanya sekali setahun setiap tanggal 22 Desember dengan meme atau puisi indah. Jangan-jangan meme dan puisi itu bukan karya sendiri ;(

SELAMAT HARI IBU!