Setiap orang punya alasan ngeblog. Tapi yang lebih penting dari itu semua, tulislah sejarahmu sendiri (Anjari, 29 Februari 2011).
Minggu, 27 Desember 2015
Jumat, 25 Desember 2015
Tamu Istimewa Tenaga Humas Pemerintah
Kamis, 24 Desember 2015
Pengalaman Menjadi Dosen Tamu UI
Selasa, 22 Desember 2015
Untuk Siapa Ucapan Selamat Hari Ibu?
"Selamat hari Ibu, Bunda," katanya.
"Terima kasih nak. Jaga adik di rumah ya. Meski libur, kalau bisa tetap belajar", jawab bundanya sambil memeluknya.
Penetapan hari ibu ini juga diilhami oleh pejuang-pejuan wanita seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain secara tidak langsung telah merintis organisasi perempuan melalui gerakan-gerakan perjuangan.
Kamis, 03 Desember 2015
Cerita Indahnya Pertemuan Kementerian Kesehatan dengan Doktor Warsito
Buat Rekan-Rekan Semua, mohon maaf telah menyebabkan polemik yang kurang nyaman.
Perlu kami tegaskan bahwa aktifitas yang kita lakukan selama ini ada berbasis MoU dengan Litbang Kementerian Kesehatan 2012 yang meliputi: uji in vitro, uji in vivo, uji validitas alat diagnostik ECVT dan studi kasus penderita kanker yang ditreatment dg ECCT. Uji validitas ECVT dan studi kasus ECCT telah mendapatkan ethical clearence Kemenkes.
Berdasarkan perkembangan terakhir apakah kegiatan di atas perlu diteruskan, dihentikan atau diformat ulang dalam bentuk lain, maka hari ini Rabu (2/12/2015) 13:30-15:30, dilaksanakan pertemuan antara Kementerian Kesehatan yang diwakili oleh Plt Kepala Badan Litbangkes/SAM Bidang Medika Legal Drg. Tritarayati SH. MH.Kes, Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi dr. Siswanto, MHP, DTM, Staff Khusus Kementrian Kesehatan Prof. DR. dr. Akmal Taher, SpU (K) dan PT Edwar Teknologi yang diwakili oleh Dr Warsito P Taruno M.Eng , Dr Edi Sukur dan Fauzan Zidni yang diadakan di Kantor Kementrian Kesehatan, Kuningan.
Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan sebagai berikut:
- Kementrian Kesehatan melakukan review hasil penelitian yang telah dilakukan PT Edwar Teknologi paling lama 30 hari kerja terhitung tanggal 2 Desember 2015, mencakup: evaluasi penelitian in vitro dan in vivo dan evaluasi kasus.
- PT Edwar Teknologi tidak menerima klien baru sampai hasil evaluasi sebagaimana butir 1.
- PT Edwar Teknologi dapat melakukan tindak lanjut (follow up) klien lama.
Apa pun keputusan hasil evaluasi kami menyatakan akan sepenuhnya mentaati arahan yang akan diberikan oleh Kementrian Kesehatan setelah hasil review selesai.
Sungguh indah silaturahmi hari ini.
Tentu saja status saya tidak menjelaskan detil substansi dan teknis, karena kapasitas saya tidak disitu, tetapi bagaimana publik memahami hubungan antara kemenkes dan PT ET (Pak warsito) tidak diwarnai perbedaan runcing spt tergambar di media.
Namun sedikit merespon pernyataan dari pihak pak warsito bahwa penelitian yang dilakukan telah merujuk pada MOU. Justru disinilah titik awal proses reviu itu. Apakah benar telah melalui proses penelitian yg baik spt in vitro, in vivo dan studi kasus/uji validitas. Tentu kita mesti menunggu reviu yang dilakukan Badan Litbangkes, tentu melibatkan pakar-pakar terkait dalam waktu 30 hari kerja ke depan.
Ada yang menanyakan tentang bentuk follow up. Yang dimaksudkan bukan bersifat pelayanan medis, tetapi konsultasi fisika medis. Kedua pihak (Kemenkes dan PT ET) sefaham bahwa terhadap klien lama yang memerlukan terapi kanker harus dilakukan oleh tenaga medis di fasyankes.
Jika nantinya akan dilanjutkan penelitian pemanfaat ecvt dan ecct akan dilakukan di rumah sakit, Bukan di tempat yang selama ini dipakai oleh doktor warsito. Menurut pengakuan pihak PT ET bahwa hubungan selama ini dilengkapi informed consent sebagai proses penelitian. Dan status sebagai "klinik" pun tidak dipakai lagi. Tentu saja, follow up klien lama dan klinik ini menjadi bahan evaluasi selama 30 hari ini. Adapun kata yang digunakan pak warsito memang "guidelines" dan "pengawasan" tetapi dalam konteks evaluasi dlm 30 hari ini akan diterapkan kaidan penelitian yg baik
Selasa, 01 Desember 2015
Tantangan Menghadang Tenaga Humas Pemerintah
Minggu, 29 November 2015
Pengalaman Antar Pasien JKN Gawat Darurat di RS Persahabatan
Saya ingin menutup hari ini dengan sebuah cerita pengalaman sendiri malam ini.
Menjelang waktu isya, saya mandi. Tengah bersampo ria bersihkan kepala dari sisa cukuran rambut, terdengar ketukan suara pintu kamar mandi. Terdengar suara istri mengabari bahwa ada tetangga sakit, mohon segera selesaikan mandi dan menolong tetangga yang sakit. Begitu informasi dan saran istri.
Bergegas selesaikan mandi, ganti baju dan menuju rumah tetangga di belakang rumah. Sebelum keluar sempat menyambar kunci mobil. Sesampai di rumahnya, nampak Pak Amir, tetangga saya, duduk di kasur yang tergelar di lantai dengan nafas tersengal-sengal. Nampak isterinya kebingungan. Ada juga Pak Nali, tetangga saya yang lain.
Dari isterinya mendapat informasi, jika suaminya sulit nafas dan dada sesak. Terlihat benar rauh wajah kesakitan pak Amir. Diputuskan membawa Pak Amir ke rumah sakit, saya membawanya bersama Pak Nali. Sebelum berangkat, saya memastikan bahwa Pak Nali membawa kartu JKN pak Amir.
Ditengah jalan, Pak Nali mengatakan biasanya orang-orang di wilayah kami di Klender peserta JKN dibawa ke RS Budiasih. Dikihat dari jarak dan kondisi pak Amir yang sulit dan sesak bernafas, saya putuskan membawa ke IGD RS Persahabatan. Pak Nali menyetujui, terserah saya katanya. Sepengetahuan dan keyakinan saya menguatkan bahwa dalam keadaan darurat pasien JKN bisa langsung ke RS terdekat.
Mobil saya pacu sekencang mungkin. Sesekali menyorot lampu jauh dan klakson. Juga lampu riting kanan kiri dinyalakan kedap kedip, bermaksud memberikan tanda darurat. Di tengah jalan sempat sangat khawatir. Terdengar nafas cepat dan tersengal pak Amir, berikut rintihan kesakitan, kami terkenal kemacetan panjang di depan penjara cipinang. Biang keroknya rentetan pada kereta Listrik Jakarta - Bekasi (PP).
Setelah lebih dari 30 menit, sampailah di RS Persahabatan. Ternyata saya salah jalan menuju IGD. Untunglah, Satpam sigap membuka portal ketika saya katakan membawa pasien emergensi. Pak Satpam pula bergegas mengambil tempat tidur untuk membaringkan pasien. Bahkan ada juga seseorang, sepertinya Satpam juga yang sudah berganti baju pulang, ikut membantu menurunkan pasien. Setelah pasien turun saya memarkir mobil, sebelum menyusul ke ruang triase.
Sampai di Ruang triase, nampak perawat sedang memeriksa seorang pasien. Di belakang nampak juga seorang pasien diatas kursi roda antri diperiksa. Saya memberi tahu perawat agar mendahulukan pasien yang saya bawa karena kondisinya yang terlihat semakin kesakitan. Saya khawatir tidak tertolong. Syukurlah, perawat mengerti. Segera mengukur tensi dan bertanya riwayat sakit.
Sementara itu, Pak Nali juga telah mendaftarkan pasien pak Amir dengan status pasien JKN. Saya Tanya Pak Nali, apakah berhasil daftar dengan JKN? Dipersulit? Pak Nali mengatakan lancar. Syukurlah.
Tak berapa lama, triage selesai. Kami bersama perawat mendorong tempat tidur ke ruang observasi. Setelah menunggu 15 menit, dilakukan pemeriksaan sepertinya rekam jantung oleh perawat laki-laki. Saya bertanya dugaan sakitnya. Perawat mengatakan untuk Sementara patut diduga susah nafas dan Sakit sesaknya dari jantung. Perawat itu menuju ke nurse station menemui dokter. Tak berapa lama, dokter memanggil Keluarga pak Amir. Karena hanya ada saya sebagai tetangga, dokter bertanya beberapa hal termasuk status pasien apakah JKN. Saya mengiyakan. Setelah itu, dokter memberikan 4 butir pil dan harus segera diminum. Saya tak sempat bertanya guna pil itu, dengan Pak Nali saya berusaha membantu pak Amir minum obat.
Sekitar 2 jam menungg, isteri pak Amir datang untuk gantian menunggu. Saya pun pamit. Masih sempat saya lihat seorang dokter dan perawat melakukan pemeriksaan dan tindakan kepada Pak Amir, sebelum saya beranjak keluar ruang observasi.
Di akhir cerita ini, saya ingin memberi catatan. Terima kasih kepada RS Persahabatan dengan pelayanan IGD yang lebih baik daripada saat pelayanan kepada isteri dan putri saya beberapa waktu lalu (sudah lama sih). Satpam yang tanggap dan membantu. Untuk pasien dengan status JKN, yang konon dipersulit dan lama ditangani, malam ini tidak saya alami ketika antar tetangga ke RS Persahabatan. Sedikit antri dilayani wajar, karena pasien IGD memang banyak. Sekali lagi, terima kasih RS Persahabatan dengan pelayanan lebih baik.
Catatan kedua, bagi peserta JKN jangan sungkan dan segera bawa ke IGD Rumah Sakit terdekat jika menganggap benar pasien keadaan gawat darurat. Abaikan prosedur rujukan berjenjang jika kondisi pasien harus diselamatkan. Meskipun yang tahu kondisi pasien benar-benar gawat darurat adalah dokter/rumah sakit.
Lekas sembuh Pak Amir, maaf tidak bisa menemani lebih lama. Semoga dimudahkan, dan dilayani baik oleh RS Persahabatan.
Kamis, 12 November 2015
HARI HARAPAN KESEHATAN NASIONAL #HKN51
Selasa, 10 November 2015
Coba @TomyamKelapa kalau berani, pasti ketagihan!
Nah, yang justru menarik adalah tawaran dia pada akhir pekan ini. Untuk kedua kalinya, @SobatBercahaya menawari saya mencicipi masakan olahannya, @TomyamKelapa. Jujur, sudah sering saya menyantap masakan khas Thailand itu. Jadi menurut saya, mengapa saya harus jauh-jauh dari Klender Jakarta ke warungnya di kawasan Tangerang hanya demi semangkok Tomyam? Meski diembel-embeli nama @TomyamKelapa.
Bukan teman dong kalau saya tak menuruti tawarannya. Gratis pula. Tapi saya menjawab halus, mungkin lain waktu jika kebetulan main ke daerah sana. @SobatBercahaya tak kehilangan cara menggoda. Dasar anak sekarang ya, dia menawarkan untuk antar @tomyamkelapa melalui jasa ojek. Maaf saya tak mau sebut brand. You knew lah. Okelah, tak ada pahitnya saya terima. Nanti tinggal bayar melalui tukang ojeg. Ehh, dasar si @SobatBercahaya ini memang bercahaya baiknya. Dia mau antar itu @TomyamKelapa dengan syarat bahwa saya tak boleh bayar. Ealah, ya sudahlah dia memaksa begitu. Saya malu-malu mau banget. Mungkin itu nasehat dukunnya kali. Canda Baha! :))
---
Tomyam Kelapa, Jl. Sulawesi Raya RT. 08/011 (Area parkir lapangan tennis Villa Bintaro Indah) Jombang, Ciputat, Tangerang Selatan Banten WA. 082322231446 email. adatomyamkelapa@gmail.com
Senin, 09 November 2015
DEMI ANAK, DIBELA-BELAIN DEH!
Jumat, 30 Oktober 2015
Inspirasi dari Seorang Menteri
Apa ukuran keberhasilan seorang pemimpin organisasi/perusahaan? Sebagian besar kita pasti menjawab kinerja. Benar bukan? Kita terbiasa menentukan indikator kinerja (key performance indicator) pada setiap level organisasi.
Tetapi Pak Arief Yahya memberikan jawaban berbeda dari pertanyaan itu.
"Seorang Leader dikatakan berhasil bukan dari performance, tetapi proyeksi. Bagaimana ia mampu memberikan gambaran nyata dan meyakinkan tim atau pengikutnya apa yang akan dicapai organisasi".
Kurang lebih begitulah pernyataannya saat memberikan orasi di acara "Indonesia Public Relations Award" di Gedung Dewan Pers Jakarta (27/10). Saat mendengar itu, saya mendapatkan sesuatu yang beda. Selama ini, saya berpola pikir keberhasilan diukur dari kinerja.
Mengapa proyeksi lebih penting daripada kinerja? Menurut Menteri Pariwisata itu, karena Leader harus mampu memberikan inspirasi bagi tim atau pengikutnya. Peran inspirator inilah yang menggerakan kinerja organisasi dalam mencapai tujuan.
Pemimpin yang baik juga harus memiliki imaginasi, kata mantan Direktur Utama Pt Telkom Indonesia itu. Loh, maksudnya visi? Imaginasi! Bukan visi atau mimpi. Apa sih bedanya?
Menurut Pak Arief Yahya, istilah visi itu didasarkan pada indera pengelihatan. Seberapa jauh sih mata kita melihat suatu obyek? Artinya, dalam visi ada batasan. Sementara mimpi mampu melukiskan banyak gambaran tanpa batas. Tetapi mimpi terjadi ditengah ketidaksadaran alias saat tidur. Ketika sadar, kita tak bisa bermimpi. Untuk mendapatkan gambaran tanpa batas pada saat sadar, kita memiliki imaginasi. Yah, imaginasi merupakan kesadaran dan gambaran tanpa batas atas sesuatu yang kita ingin capai. Imaginasi inilah yang harus pemimpin sampaikan secara jelas kepada tim/organisasinya.
Pak Arief Yahya menutup orasi insiprasionalnya, bahwa untuk menjadi Leader yang sukses harus memiliki 3 hal yaitu IFA; imaginasi, fokus dan aksi.
Anda-kah Pemimpin Inspirasional itu?
Rabu, 28 Oktober 2015
CERITA PAGI DI HARI SUMPAH PEMUDA
Keren ya! Sebenarnya bukan hanya Kang Emil saja keren. Tetapi juga Ibu Murti Utami (Ibu Ami). Loh apa hubungannya Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemkes dan Walikota Bandung itu?
Tokoh PR 2015 Pilihan SPS Indonesia diberikan kepada tokoh publik, lembaga publik atau tokoh PR yang memberikan inspirasi bagi organisasi dan publik secara umum. Selain Ibu Murti Utami dan Ridwan Kamil, SPS Indonesia menganugerahi Tokoh PR kepada Marsekal Bambang Sulistyo (Kepala Basarnas), Ganjar Prabowo (Gubernur Jateng), dan 2 Tokoh dari perusahaan swasta. Penghargaan disrrahkan oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya di Gedung Dewan Pers semalam.
Maju terus dengan semangat Sumpah Pemuda. Merdeka!
Sabtu, 24 Oktober 2015
Menjadi Rumah Sakit Sadar Media Sosial
Setiap detik ada satu status Facebook berisi kata-kata "rumah sakit". Atau setiap 15 detik ada satu cuitan Twitter juga berisi kata-kata "rumah Sakit". Demikian kata Sumardy, CEO Onbee Research, sebuah perusahaannya riset marketing yang tiga tahun ini menggeluti "Indonesia Healthcare Most Reputable Brand" kerjasama dengan Majalah SWA.
Pesatnya laju media sosial menjalari pemakai ibarat gelombang ombak yang silih berganti mendebur pantai. Pemakai media sosial itu termasuk juga pasien, pegawai dan manajemen rumah sakit. Rumah sakit tak mampu menghentikan gelombang ombak media sosial itu, tetapi bisa belajar memanfaatkannya. Pemanfaatan media sosial dengan tujuan mempermudah komunikasi dengan pasien dan menambah revenue rumah sakit.
Sebagaimana suatu usaha jasa yang memerlukan pelanggan dalam aktifitas pemasaran, rumah sakit semestinya berada di lingkungan dimana pasien berada. Jika saat ini rumah sakit anda masih asing dengan media sosial, tak ada rugi mengakrabi. Jika masih bingung memanfaatkan, saatnya rumah sakit belajar menyeriusi. Sebelum rumah sakit anda benar-benar ketinggalan jaman dan kehilangan pasar.
Tapi ingat, media sosial tak akan pernah menggantikan komunikasi nyata yang lebih manusiawi. Media sosial tak akan menggantikan aktifitas pemasaran alami. Intinya, manfaatkan bukan menggantikannya dengan media sosial.
Jumat, 09 Oktober 2015
BELAJAR DARI BENCANA KABUT ASAP
Penanganan tingkat pencemaran udara saat ini masih terus dilakukan oleh sektor terkait. Mungkin sudah maksimal, namun apa daya api tetap membara.
Masker, apapun jenisnya, bukan jalan terbaik menangani dampak asap. Menggunakan masker saat menerobos asap yang pekat sama dengan menggunakan sepatu bot saat banjir yang ketinggian airnya lebih dari setengah meter.
Rabu, 03 Juni 2015
Program PR Bukan Sekedar Pencitraan
"Saya bangga sekali melihat saudara-saudara mempunyai sebuah tekad kuat dan niat baja. Ada yang akan ditempatkan di ujung-ujung, tetapi saya lihat wajah-wajah optimis semuanya. Itu yang kita cari,” ungkap Presiden Jokowi disambut tepuk tangan meriah dari tim Nusatara Sehat dan para hadirin.
Menteri Kesehatan, Nila Moeloek, Kementerian Kesehatan melepaskan 143 tenaga kesehatan teridiri dari dokter, bidan, perawaat dan lain-lain di 20 puskesmas perbatasan dan kepulauan terluar yang tersebar di 19 kabupaten dan 9 provinsi. Tujuannya sejalan dengan semangat Nawa Cita yaitu membangun dari pinggiran dengan memperkuat Puskesmas di daerah perbatasan sebagai ujung tombak upaya kesehatan masyarakat.
“Ini bukan sekedar pencitraan. Tetapi bagaimana program Kementerian Kesehatan memberi solusi terhadap permasalahan bangsa dan memberi manfaat bagi rakyat,” tegas Murti Utami, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan.
Tim Nusantara Sehat yang semuanya anak-anak muda ini, kata Ami (panggilan akrab), diharapkan mampu mengatasi permasalahan kesehatan di daerah tugasnya dan berdampak pada menurunnya angka kematian ibu bayi dan menyukseskan program Jaminan Kesehatan Nasional.
Sebagai Public Relations Pemerintah citra memang penting, tetapi apakah program itu baik dan bermanfaat bagi public itu lebih utama. Untuk diketahui, Kementerian Kesehatan memperoleh Gold Champion WOW BRAND 2014 dari MarkPlus terutama untuk program JKN sebagai The Most Most Valuable Policy. Dalam melaksanakan program PRnya, Kementerian Kesehatan menggandeng stakeholder termasuk awak media massa dan pegiat media sosial.
Kamis, 21 Mei 2015
Asapmu Membunuh Orang-Orang di Sekitarmu
“Saya kehilangan suara saya,” ungkapnya dengan tulisan kapur di papan tulis. Ibu dua anak asal Surabaya itu membenahi posisi jilbabnya untuk menutup lubang menganga di lehernya yang sempat selintas terlihat. “Berhentilah merokok, asapmu membunuh mimpi-mimpi orang di sekitarmu,” nasehat Ike dengan suara nyaris tidak terdengar jelas. Tatapan matanya menyiratkan beban penderitaan.
Itulah gambaran nyata bahaya perokok pasif yang tersaji dalam iklan layanan masyarakat (ILM) yang diproduksi oleh Kementerian Kesehatan berkolaborasi dengan World Lung Foundation. ILM ini bertujuan menyadarkan masyarakat Indonesia akan bahaya paparan asap rokok. Penayangannya secara serentak di berbagai stasiun televisi nasional, radio dan media daring selama dua minggu.
“Jumlah perokok di Indonesia mencapai 53,7 juta orang. Oleh karenanya, melalui kampanye ini kita sadarkan masyarakat tentang bahaya paparan asap rokok bagi perokok aktif maupun perokok pasif,” kata dr. Untung Suseno Sutarjo M. Kes., Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI pada saat konferensi pers, Jumat (22/5) di Kantor Kementerian Kesehatan Jakarta.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, sekitar 95 juta orang di Indonesia terpapar asap rokok. Lebih dari 40.3 juta anak Indonesia usia 0–14 tahun telah menjadi perokok pasif. Padahal paparan asap rokok yang banyak ditemukan di berbagai tempat umum tersebut memiliki efek negatif yang sama bahayanya jika dibandingkan dengan seorang perokok aktif. Bahkan menurut buku The Tobacco Atlas yang diterbitkan oleh American Cancer Society dan World Lung Foundation, paparan asap rokok dapat meningkatkan risiko terkena kanker paru-paru sebesar 30% dan sebesar 25% penyakit jantung koroner.
Penelitian Global Adult Tobacco Survey (GATS) yang dilakukan pada tahun 2008–2013 juga menunjukkan data tentang persentase prevalensi paparan asap rokok terhadap orang dewasa di Indonesia. GATS juga mencatat lebih dari 85% orang dewasa Indonesia terkena paparan asap rokok di rumah, lebih dari 78% di tempat makan, dan lebih dari 50% di tempat kerja.
“Kami mengapresiasi kerja keras Pemerintah Indonesia dalam kampanye bahaya asap rokok di media massa nasional sejak tahun 2014. Melalui kampanye ini, kami juga mendukung upaya Pemerintah Indonesia dalam kebijakan pengendalian bahaya produk tembakau bagi kesehatan," ujar Peter Baldini, Chief Executive World Lung Foundation.
Terkait kebijakan bebas dari bahaya rokok, Indonesia telah menyusun berbagai peraturan yang mengatur perlindungan terhadap masyarakat akibat bahaya paparan asap rokok. Salah satunya, penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di berbagai tempat umum maupun tempat kerja. Menurut The Tobacco Atlas, hingga saat ini larangan merokok di dalam ruangan dapat mengurangi sebanyak 2% - 6% prevalensi merokok.
Rabu, 06 Mei 2015
7 Langkah Rumah Sakit Tangani Keluhan di Media Sosial
Pasien, saat ini dan kedepan tentunya, semakin berharap rumah sakit dapat cepat merespon umpan balik melalui jaringan media sosial seperti Twitter dan Facebook. Respon umpan balik itu bisa berupa jawaban atas pertanyaan, tanggapan atas permintaan informasi dan penanganan keluhan (complain) secara cepat dan tepat.
Pernahkah rumah sakit Anda mendapatkan keluhan/complain yang dituliskan atau disampaikan melalui media sosial? Sekedar mengingat kembali sebuah kasus pasien Abiyasa (2 tahun) yang dikabarkan ditolak lebih dari 20 rumah sakit. Kabar itu menyebar liar melalui berbagai media sosial seperti BBM, Facebook, Twitter pada pertengahan November 2014. Sempat dirawat di RS Tarakan, Abiyasa akhirnya meninggal dunia akhir November. Kita tentu berduka meninggal dunianya seorang anak manusia. Dalam konteks bahasan media sosial kali ini, kita soroti bagaimana kabar itu terus menyebar tak terkontrol. Hingga Februari 2015, kabar terus menyebar via BBM dan Facebook.
Kasus yang baru saja terjadi bagaima sebuah status facebook pasien yang complain karena menambal gigi di sebuah rumah sakit di bilangan Jakarta selatan dikenakan tariff Rp 9 juta. Tidak sampai hitungan seminggu, status facebook itu menyebar lebih dari 10.000 share. Tak terbayangkan, betapa banyak akun facebook dan pembaca berita membaca, berkomentar dan ikut menyebarkan berita negatif tentang rumah sakit tersebut.
Dengan menyampaikan pertanyaan dan keluhan di forum publik, pasien membentuk dinamika kondisi pelayanan pelanggan tradisional. Ribuan pasien lain dan calon pasien potensial dapat melihat interaksi layanan pelanggan antar pasien dengan rumah sakit, termasuk keluhan di media social yang diterima rumah sakit saat itu. Keluhan yang tersebar kepada khalayak luas, berpotensi menarik publisitas negatif. Meskipun pada sisi positif, rumah sakit memiliki lebih kesempatan untuk membantu dan terlibat aktif dengan permasalahan pasien yang berpotensi diubah menjadi pendukung merek rumah sakit tersebut.
Mengapa kita, rumah sakit, harus begitu peduli terhadap media sosial ini? Jika saya seorang Direktur Rumah Sakit akan bertanya kepada diri sendiri maupun petugas PR & Marketing saya, dimana pelanggan (konsumen) kita berada? Siapa segmen pasar kita? Jawaban atas pertanyaan ini sangat banyak.
Dalam konteks dunia maya, mari kita lihat statistik yang dikeluarkan APJII tentang profil pengguna internet Indonesia 2014. Apakah mereka stakeholder dan market rumah sakit kita?
APJII mencatat bahwa pengguna internet Indonesia 2014 sekitar 88,1 juta orang, terdiri :
- 78,5 persen berlokasi di Indonesia bagian barat
- 87,4 persen menggunakan media sosial
- 85 persen mengakses internet dengan telepon genggamnya
- 51 persen pengguna internet adalah wanita
- 49 % pengguna berusia antara 18 – 25 tahun
Apa arti data tersebut bagi rumah sakit anda? Jika rumah sakit saya adalah rumah sakit swasta, secara sederhana dapat dikatakan ternyata pasien dan calon pasien saya adalah orang-orang melek intenet dan media sosial. Sudahkah rumah sakit kita ramah media sosial? Sudahkah kita menjalin komunikasi dengan stakeholder dengan media sosial? Sudahkah kita mengelola pelanggan, termasuk manajemen complain, menggunakan media sosial?
Mengapa kita perlu perhatian dengan pernyataan negative dan complain pasien? Sebuah survey Onbee Researc mengatakan bahwa 80 persen rekomendasi pasien terhadap pasien lain didasarkan pada pengalaman pelayanan. Survei di Gedung Putih mengatakan bahwa kabar buruk akan menjangkau 2 kali lebih banyak pelanggan/konsumen daripada kabar baik. Ini sejalan juga dengan survey Onbee Research yang mengatakan pengalaman baik pasien akan tersampaikan kepada 7 orang lain, sementara pengalaman buruk pasien menjangkau 11 orang, hamper 2x jumlahnya. Dan, sebuah riset pelanggan mengatakan bahwa dibutuhkan 12 pelanggan dengan pengalaman pelayanan yang memuaskan, untuk menghapus atau mengimbangi kesan pelayanan buruk seorang pelanggan.
Perubahan kebiasaan penyampaian keluhan, permintaan informasi dan interaksi sebagai pasien, mengharuskan rumah sakit mengubah cara mereka melakukan pelayanan pelanggan/pasien. Sangat penting, rumah sakit mencurahkan lebih banyak waktu dan sumber daya untuk mendengarkan dan menanggapi pasien pada saluran daring (online) dan melihat dari sudut pandang pasien.
Bagaimana menangani keluhan atau pernyataan negative pasien di media sosial? Berikut beberapa tip yang dapat dilakukan:
1. Cepat dan tepat merespon keluhan, lebih baik lagi jika pasien masih dalam jaringan (online).
Siapa pun yang mengeluh, punya harapan dan tuntuan agar segera direspon dan ditangani. Demikian juga pasien, mereka ingin segera mendapatkan tanggapan dan solusi atas permasalahannya dengan rumah sakit. Oleh karena, Rumah sakit harus memastikan bahwa akun media sosial rumah sakit terpantau dengan baik. Dan juga memastikan dapat merespon secepat mungkin pertanyaan/keluhan di media social. Idealnya, selagi pasien masih dalam jaringan, rumah sakit bisa merespon. Semakin lama rumah sakit merespon keluhan, pendapat buruk itu bisa menyebar jauh dan luas sebagai publikasi buruk.
2. Jangan pernah menyerang pasien yang mengeluh di forum publik
Salah satu aturan utama dari layanan pelanggan sosial jangan pernah menyerang dengan orang-orang yang telah menulis sesuatu yang negatif tentang rumah sakit Anda. Jangankan menyampaikan kalimat yang bersifat menyerang, mendebat atau memarahi saja dihindari. Ini pasti akan menjadi bahan bakar publisitas buruk dan memastikan bahwa lebih banyak orang akan mendengar keluhan. Dan menjadi bumerang bagi rumah sakit sendiri
Sebaliknya membiarkan keluhan yang ditulis di media sosial, dengan alasan malas, takut salah merespon, atau memandang remeh, akan membentuk persepsi kuat bahwa keluhan itu benar. Sangat mungkin terjadi, keluhan itu akan viral menyebar kepada pengguna media sosial lain. Viralnya keluhan itu disebabkan perasaan yang sama atau perasaan empati dan mencegah jangan sampai orang lain mengalami hal yang sama. Merespon dengan cara buruk atau membiarkan terhadap keluhan pasien di media sosial, dua pilihan yang harus dibuang jauh-jauh oleh rumah sakit.
3. Bicara dengan sikap santun dan masuk akal, jika mungkin lakukan secara luar jaringan (offline).
Daripada bersikap menyerang dan membela diri, pendekatan yang lebih efektif adalah berbicara dengan santun dan masuk akal kepada pasien yang menyampaikan keluhan. Dan ingat, jangan membela diri untuk menang sendiri. Cobalah mengatasi masalah secara masuk akal. Tanggapan disampaikan secara jelas dan terukur dengan tujuan klarfikasi.
Dan jika mungkin, cobalah memindahkan interaksi dan percakapan dengan pasien yang mengeluh tersebut melalui saluran pribadi. Misalnya surat elektronik, telepon atau bertatap muka langsung. Dengan percakapan diluar jaringan atau bertatap muka, rumah sakit dapat memilah persoalan untuk dicarikan jalan keluar. Setelah selesai, secara sopan mintalah pasien pengadu mengubah atau menarik komentar buruk yang terlanjur dipublikasikan melalui media sosial.
4. Berikan saluran untuk mengeluh
Rumah sakit tidak dapat selalu menghindari pasien mengeluh di media sosial, tetapi rumah sakit dapat menguranginya. Pelanggan kecewa cenderung untuk mengeluh melalui saluran online umum, jika mereka tahu dapat menggunakan email, telepon, atau formulir umpan balik yang dapat menjangkau secara langsung rumah sakit. Mereka hanya ingin masalah mereka ada yang mendengar, ada yang menanggapi, dan mengharapkan masalah mereka akan segera diatasi.
Rumah sakit dapat melakukan banyak hal untuk memastikan agar kekecewaan pasien tersebut dapat ditangkap langsung rumah sakit melalui "umpan balik" di website, web chating, web chatting, email atau akun media sosial. Jika rumah sakit Anda dikenal luas karena respon cepatnya atas keluhan, pelanggan dan pasien akan datang langsung menyampaikan keluhan dan pertanyaan melalui saluran itu, bukan saluran yang lain.
5. Jika mungkin, buat akun khusus layanan pelanggan (pasien), termasuk komplain.
Beberapa rumah sakit di Indonesia telah menggunakan media sosial sebagai pemasaran atau alat promosi, tetapi faktanya banyak ditemukan pasien mengeluh di media sosial, misalnya melalui twitter dan facebook.
Bisa jadi akun yang diniatkan untuk promosi digawangi oleh admin yang tidak memahami bagaimana menangani keluhan pasien. Semakin banyak pertanyaan atau keluhan pasien melalui media sosial, menjadi alasan kuat rumah sakit mengelola akun khusus layanan pelanggan/pasien, termasuk penanganan keluhan. Hal Ini menunjukkan bahwa rumah sakit Anda peduli tentang layanan pelanggan dan penanganan complain. Upaya ini akan membantu rumah sakit bagaimana melayani pelanggan lebih baik dan lebih cepat.
6. Ubah hal negatif menjadi positif
Media sosial memberikan kesempatan besar untuk mendengarkan pelanggan dan pasien rumah sakit Anda. Media sosial berpotensi meningkatkan pemahaman dan memberikan layanan pasien yang lebih baik. Memantau apa yang pasien katakan dan menganalisis interaksi media sosial yang masuk (seperti tweet. Analisis media sosial dapat mengetahui tren dan aspirasi pelanggan sehingga dapat digunakan untuk mengubah bagaimana rumah sakit anda beroperasi dan melayani pasien. Misalnya, jika semua orang mengeluh tentang pelayanan di klinik general check up, bagaimana rumah sakit Anda mengubahnya?
7. Berikan kemampuan/ketrampilan memadai di media sosial
Jika pasien mengharapkan rumah sakit memberikan layanan pelanggan melalui media sosial, pastikan rumah sakit memenuhi harapan mereka. Kemapuan layanan pelanggan ini mempunyai cara dan kemampuan yang sama seperti yang Anda lakukan untuk layanan pelangan lainnya.
Hal ini memerlukan kerja sama baik antara public relations, pemasaran, unit teknis dan tim layanan peangan untuk memastikan tidak terjadinya salah persepsi dan salah menanggapi. Ini berarti rumah sakit harus memiliki orang-orang dengan keterampilan dan kemampuan memberikan pelayanan pelanggan/pasien melalui media sosial.
Memastikan konsistensi antara pelayanan pelanggan langsung (tatap muka) dengan pelayanan pelanggan dalam jaringan (online) via media sosial. Dan pastinya menggunakan basis pengetahuan (knowledge base) yang sama terpadu guna mendukung pelayanan pelanggan yang lebih luas.
Jika Anda tidak ingin rumah sakit Anda dinodai oleh publisitas negatif dari keluhan pelanggan di media sosial dan forum online, segera ambil inisiatif dan langkah pencegahannya. Pastikan rumah sakit memberikan kemampuan sumber daya dan manajemen media sosial yang cukup sehingga mampu menangkap peluang dan perubahan sekitar melalui pelanggan/pasien anda.
(disampaikan pada forum IRSJAM - Ikatan RS Jakarta Metropolitan)
Kamis, 30 April 2015
Humas Diantara 2 Dunia
Risikonya, dicaci publik dan dimarahi atasan bisa terjadi dalam satu waktu. Itu sudah biasa. Oleh sebab itu, Humas yang baik itu memfungsikan secara optimal kedua telinga dan satu mulut. Tahu persis komposisi harus banyak mendengar daripada bicara. Disisi lain harus bisa dimengerti jika bicara setelah menyimak seksama.
Tidak bisa menjadi Humas yang pandai mendengar tetapi sering salah bicara apalagi bisu. Tidak juga baik, Humas yang banyak bicara, sedikit sekali mendengar. Jadi bagaimana, masih mau jadi Humas?
Senin, 27 April 2015
6 Fakta Menepis Rumor Imunisasi
Inilah 6 fakta menepis rumor imunisasi, yaitu :
Rumor #1. katanya, dr. Wakefield membuktikan kalau vaksin MMR menyebabkan autisme.
Faktanya, Wakefild juga bukan ahli vaksin. Ia dokter spesialis bedah. Penelitian Wakefield tahun 1998 hanya menggunakan sampel. Setelah diaudit oleh tim ahli terbukti bahwa Wakefield memalsukan data sehingga kesimpulannya salah. Ini sudah diumumkan di majalah British Medical Journal pada Februari 2011. Banyak penelitian lain oleh ahli vaksin di banyak negara menyimpulkan bahwa Autis tidak disebabkan oleh vaksin MMR.
Rumor #2. katanya, Etil Merkuri pada vaksin tidak aman, karena zat kimia ini berbahaya yang dapat merusak otak.
Faktanya, jumlah total etil merkuri pada vaksin sekitar 2 mcg/kgbb/minggu, jauh dibawah ambang batas aman yang ditetapkan WHO yaitu 159 mcg/kgbb/minggu. Ini berarti kandungan etil mercuri pada vaksin masih aman.
Rumor #3. katanya, vaksin yang dipakai di Indonesia buatan negara asing.
Faktanya, vaksin untuk imunisasi di Indonesia buatan BUMN yaitu PT Biofarma Bandung dengan 98% karyawan muslim. Proses penelitian diawasi ketat dari ahli vaksin BPOM dan WHO. Vaksin buatan Indonesia ini juga diekspor ke 120 negara, termasuk 36 negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam seperti Iran dan Mesir.
Rumor #4. katanya, imunisasi hanya diprogram pada negara muslim dan miskin agar menjadi bangsa yang lemah.
Faktanya, 194 negara baik negara maju, negara non muslim dan negara dengan status ekonomi tinggi juga melakukan imunisasi. Ternyata bangsa-bangsa tersebut dengan cakupan imunisasi tinggi justru lebih sehat dan kuat.
Rumor #5. katanya, banyak artikel di buku, tabloid dan milis mengatakan bahwa Amerika banyak kematian bayi akibat vaksin.
Faktanya, bahwa bahwa pada periode tahun 1991-1994 di Amerika telah terdapat 38.787 Laporan Kejadikan Ikutan setelah/paska Imunisasi (KIPI) yaitu nyeri, merah, bengkak, demam, pusing dan muntah. Penulis artikel menafsirkan angka tersebut menjadi angka kematian bayi. Sebenarnya, dengan angka KIPI mencapai 0,9 persen tersebut, Amerika tidak menghentikan vaksinasi. Sebaliknya mempertahankan cakupan imunisasinya lebih besar dari 90 persen penduduk AS.
Rumor #6. katanya, ASI, GIZI, suplemen herbal dapat menggantikan imuniasi.
Faktanya, ASI, gizi dan suplemen herbal hanya memperkuat pertahanan tubuh secara umum. Jika jumlah kuman banyak atau ganas, perlindungan umum tidak mampu melindungi bayi. Ini berakibat cacat, sakit berat atau meninggal dunia. Imunisasi membentuk antibodi yang spesifik melawan kuman atau racun tertentu. Bekerja lebih cepat, efektif dan efisien mencegah penularan penyakit berbahaya.
Kesimpulannya, peneliti Imunologi dan Epideiologi membuktikan bahwa bayi balita yang tidak diimuniasi lengkap, tidak memiliki kekebalan spesifik kepada penyakit berbahaya. Mereka mudah tertular, menderita sakit, menularkan ke anak lain, terjadi wabah sehingga menyebabkan banyak kematian dan cacat.
Mari kita melihat data. Wabah polio 2005-2006 di Sukabumi. Akibat banyak bayi balita tidak diimunisasi Polio, beberapa bulan kemudian virus polio menyebar sampai Banten, Lampung dan Madura. akibatnya, 305 anak lumpuh permanen.
Wabah Campak 2010-2011, mengakibatkan 5.818 anak dirawat di rumah sakit dan 16 anak meninggal dunia. Wabah Difteri 2009-2011 di Jawa Timur akibatkan 816 anak dirawat di rumah sakit dan 54 anak meninggal dunia.
Apakah akan kita biarkan anak-anak kita cacat dan meninggal dunia disebabkan keenggan kita melakukan imunisasi?
Kamis, 15 Januari 2015
Setiap Orang Beresiko Sakit Jantung, Daftar JKN Ketika Masih Sehat
Saya mendapat pesan melalui facebook berupa nasehat dokter spesialis jantung, dr Hananto Andriantoro (Direktur Utama RS Jantung Harapan Kita). Sangat penting!
Berikut kutipan lengkapnya:
"Kepada pa Anjari Umarjianto dan semua teman yg saya mohon membaca posting saya sampai selesai. Saya menganjurkan untuk menjadi peserta BPJS saat masih sehat terutama laki laki dewasa usia diatas 40 tahun dengan faktor risiko penyakit jantung koroner.
Hal ini dikarenakan ada peraturan dari BPJS yg tidak pernah dikonsultasikan pada Rumah sakit bahwa kartu BPJS mulai berlaku 1 satu minggu setelah mendaftar menjadi peserta BPJS. Akibatnya banyak penderita serangan jantung akut tidak bisa dibayar BPJS jika mereka belum menjadi peserta BPJS.
Penanganan serangan jantung akut justru dilakukan pada jam jam pertama serangan, jika tidak tertangani akan berakibat buruk. Penanganan pada jam jam pertama serangan tidak bisa dibayar BPJS krn peraturan baru jika pasein tersebut belum menjadi peserta BPJS dan jika baru mendaftar saat serangan BPJS bisa membayar 1 minggu kemudian, sehingga penanganan pada jam jam pertama serangan tidak bisa dibayar BPJS.
Tolong di share informasi ini kepada siapa saja yg membaca postingan saya ini saudara akan membantu teman dan saudara kita jika terkena serangan jantung akut terima kasih..."