Tampilkan postingan dengan label Indohcf. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Indohcf. Tampilkan semua postingan

Minggu, 04 Februari 2018

, , ,

Solusi Bersama Untuk Semua

Sebuah Catatan untuk Buku “Harapan, Kenyataan dan Solusi JKN”

Bicara tanpa data itu menyatakan sesuatu dengan dangkal makna. Diskusi di luar kenyataan itu seperti menabur angan-angan. Tidak jauh berbeda dengan memberikan kritik terasa basi jika tanpa disertai solusi. Karena suatu kritisi tanpa solusi, seperti pernyataan harapan tanpa rencana aksi.

Ada sebuah buku baru terbit, “Harapan, Kenyataan dan Solusi JKN”. Diterbitkan dengan jumlah terbatas, meski tujuan dan isi bukunya melampaui apa yang tertulis diatas kertas. Bangsa Indonesia ini bermimpi, seluruh rakyat memiliki jaminan kesehatan pada tahun 2019 nanti. Program fenomenal itu dikenal dengan JKN, kependekan dari Jaminan Kesehatan Nasional. Perjalanan sampai tahun keempat, sebagian besar rakyat sudah mendapat manfaat. Meskipun banyak hal yang harus diperkuat. Buku setebal 149 halaman ini berusaha menyajikan solusi yang bertujuan mendekatkan harapan dengan kenyataan.

Buku “Harapan, Kenyataan dan Solusi JKN” merupakan kristalisasi pemikiran serial diskusi panel dari banyak ahli. Yang menjadikan buku ini semakin berisi adalah banyak referensi dan data yang diolah hingga menjadi informasi. Ada delapan bagian, diawali (1) Jejak Perjalanan Pembiayaan Kesehatan di Indonesia, membuka halaman sejarah pelaksanaan pembiayaan kesehatan sejak awal kemerdekaan. Perjalanan singkat menempuh milestone jaminan kesehatan masyarakat hingga JKN dijalankan. Bagian ini tidak semata memberi pesan “jangan lupakan sejarah”, tidak saja asal mula tak boleh dilupakan, melainkan harus jadi pijakan.

Bagian (2) Refleksi Perjalanan JKN, layaknya evaluasi ringkas empat tahun JKN yang dinyatakan secara bernas. Ringkasan itu dibedah mendalam pada bagian selanjutnya, (3) Harmonisasi Regulasi, dan (4) Aspek Pembiayaan. Pisau bedah semakin dalam menghunjam pada bagian (5) Pelayanan dan Kepesertaan, (6) Sumber Daya Manusia dan (7) Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Setiap bagian pisau bedah mengiris tanpa sinis. Misalnya Harmonisasi Regulasi, analis mengiris adanya disharmoni dan kerancuan penafsiran regulasi yang diterbitkan yang mengharuskan revisi. Irisan harmonisasi peraturan itu dikelompokkan dalam besaran iuran, kompetensi dokter Indonesia, tarif kelas 3, kendali mutu dan biaya, transformasi peran BPJS dan rujukan berjenjang. Demikianlah, analisis terus mengiris bagian-bagian pembiayaan, kepesertaan, sumber daya manusia hingga alat kesehatan.

Setiap bagian dibedah hingga menemukan masalah dan diakhiri dengan tawaran solusi. Rangkaian solusi untuk menjadikan JKN semakin berarti bagi rakyat ini diformulasikan dalam sebuah narasi (8) Rekomendasi pada bagian akhir buku ini

Harapan, Kenyataan dan Solusi JKN merupakan hasil kerjasama Ikkesindo, IndoHCF dan PERSI. Buku ditulis oleh Dr. dr. Harimat Hendarwan, M.Kes dkk, penyunting Dr. dr. Supriyantoro, Sp.P MARS,dkk dengan menghadirkan sederet kontributor dari pakar JKN diantaranya Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc. Ph.D; drg. Usman Sumantri, Msc; Prof. Budi Hidayat, SKM, MPPM, Ph.D; Dr. Donald Pardede, MPPM, dr. Bambang Wibowo, Sp.OG(K), MARS; dan dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes.

Kelebihan buku yang disajikan dengan serius, menyembulkan sisi kecil kekurangan untuk membius. Buku Harapan, Kenyataan dan Solusi JKN ini menjadi pegangan wajib pemangku regulasi, akademisi, praktisi dan pemerhati. Orang awam harus sedikit mengernyit dahi untuk memahami isi, meski akhirnya bakal mengerti arti hakiki JKN setelah membaca buku ini.

Seperti tagline yang tertulis dalam sampul,”Lets make JKN wins for all”, buku ini juga bisa jadi *solusi bersama untuk semua*.

Solusi JKN anda, bisa diunduh di www.indohcf.com

Rabu, 06 Desember 2017

, , , ,

Bukan Gowes Biasa

Pada pertengahan Oktober lalu, saya mendapat kesempatan luar biasa mengunjungi Sabang, wilayah paling barat Indonesia. Ini bukan kunjungan biasa di daerah yang berbatasan langsung dengan negeri jiran Malaysia, Thailand dan India. Kota Sabang, terletak di Pulau Rondo yang ditasbihkan sebagai titik nol kilometer Indonesia.

Seiring terbitnya matahari dan desiran angin Selat Malaka, saya menjadi saksi dimulainya tour sepeda "IndoHCF-Koseindo Tour De'Sabang-Jakarta 3000K Indonesia Sehat", Sabtu (14/10/2017). Sesuai nama kegiatannya, tour sepeda ini menempuh jarak sekitar 3000 kilometer, dari titik awal Tugu Nol Kilometer di Sabang hingga titik akhir di Bunderan Hotel Indonesia di Jakarta selama empat minggu.

Ini bukan gowes biasa. Sekurangnya ada tiga alasan, mengapa tour sabang - jakarta berbeda dibandingkan dengan tour gowes lainnya. Yang pertama adalah tujuan event yang digelar kerjasama antara Klub Gowes Komunitas Kesehatan Indonesia (Koseindo) dan Indonesia Healtcare Forum (IndoHCF). Menurut Ketua Umum Koseindo Brigjen TNI (Purn.) Dr. dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS, tour ini merupakan wujud dukungan nyata komunitas sepeda dan masyarakat dalam memeriahkan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-53 guna menyukseskan program Indonesia Sehat. Tujuannya menyadarkan perilaku hidup sehat bagi masyarakat melalui kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).

Kita sudah sangat maklum, Germas digalakkan karena tren penyakit penyebab kematian yang sudah bergeser kepada penyakit katastropik. Kita juga mengerti, penyakit seperti kanker, jantung, stroke dan lain-lain, sebagai penyedot anggaran lebih dari 30 persen anggaran Jaminan Kesehatan Nasional. Berbagai komitmen dan seremonial digaungkan di berbagai daerah dan media publik. Namun Tour Sabang-Jakarta inilah sedikit kegiatan bermuatan Germas yang nyata diselenggarakan dan digerakkan oleh pemberdayaan masyarakat.

Dalam perspektif komunikasi, Tour Sabang-Jakarta merupakan bentuk aktivasi program Germas yang mampu merangkul berbagai pemangku kepentingan. Diantaranya Kementerian Kesehatan, BKKBN, BPJS Kesehatan , Dinas Kesehatan TNI dan POLRI , Rumah Sakit Pemerintah-Swasta, Dinas Kesehatan setempat dan beberapa Kodam-Polda. Di beberapa tempat start-finish, justru Gubernur atau Bupati/Walikota ikut langsung menerima dan melepas tim pegowes sekaligus menyemarakan sepeda gembira.

Tentu ini keistimewaan tersendiri bagi event Tour Sabang-Jakarta 3000K dan program Germas. Apalagi Tim Gowes, berjumlah total 30 orang, menyerahkan bantuan kepada Puskesmas dan Rumah Sakit yang disinggahi sepanjang rute yang dilalui. Bantuan itu berupa perlengkapan promosi kesehatan program Germas, kesehatan ibu/anak dan JKN.

Alasan kedua, mengapa "IndoHCF-Koseindo Tour De'Sabang-Jakarta 3000K Indonesia Sehat" bukan gowes biasa yaitu jarak yang ditempuh. Sesuai dengan nama resminya, tour gowes ini menempuh jarak 3000 kilometer terbagi menjadi 20 etape yang dikelompokan menjadi 3 group etape. Yaitu group etape A Sabang hingga Tebing Tinggi sejauh 935,7 kilometer. Group etape B mulai dari Tebing Tinggi sampai Jambi berjarak 1.104,7 kilometer. Dan terakhir group etape C antara Jambi dan Jakarta sepanjang 880,7 kilometer. Rombongan pegowes mencapai titik finish bertepatan dengan acara puncak Hari Kesehatan Nasional ke 53. Tim Gowes diterima langsung Menteri Kesehatan Nila Moeloek di panggung acara Puncak HKN di Bunderan Hotel Indonesia, Sabtu (12/11/2017) di Jakarta.

Dalam mengarungi sepanjang rute, para pegowes melalui lebih dari 21 titik pemberhentian dengan lebih dari 40 rumah sakit dan puskesmas yang dikunjungi. Berbagai macam kondisi jalan dan kontur tanah sepanjang rute Sabang – Jakarta menjadi tantangan sulit setiap pegowes. Mereka rata-rata menempuh jarak satu etape rata-rata 150 kilo meter selama sekitar 10 jam per hari. Untuk rute terpanjang diatas 200 kilometer harus ditempuh lebih dari 12 jam sehingga pegowes harus menyelesaikan hingga malam hari.

Dan akhirnya, jumlah dan asal pegowes menjadi alasan ketiga mengapa Tour Sabang – Jakarta bukan gowes biasa. Sebanyak 30 orang pegowes yang terbagi menjadi tiga tim inti bergantian dan sambung menyambung menyelesaikan misi sehat ini. Mereka bukan berasal dari atlit sepeda profesional, melainkan orang-orang yang tergabung dalam klub gowes yang berasal dari sektor kesehatan. Atas kesadaran dan kerelaan diri dengan suka cita mengampanyekan perilaku hidup sehat melalui bersepeda.

Yang menarik, ada lima orang yang sanggup menyelesaikan tour dari awal hingga akhir sepanjang 3000 kilometer. Dan yang istimewa diantaranya adalah Darna (40), satu-satunya pegowes perempuan. Perempuan asal makassar ini mengaku pernah beberapa kali mengikuti tur antar daerah menempuh ratusan kilometer namun diakui olehnya tour Sabang-Jakarta ini yang paling jauh.

Di akhir catatan ini, kita dapat mengambil pelajaran dari "IndoHCF-Koseindo Tour De'Sabang-Jakarta 3000K Indonesia Sehat" terkait program Germas yang sedang digalakkan Pemerintah, khususnya Kementerian Kesehatan. Bahwa implementasi aktivitas fisik dalam program Germas tidak bisa tidak harus diwujudkan dalam bentuk aktivasi kegiatan nyata, bukan semata jargon dan seremonial. Aktivasi kegiatan dapat dilakukan dengan merangkul dan memberdayakan berbagai komunitas kesehatan yang tumbuh subur di tengah masyarakat. Komunitas itu diantaranya sepeda, lari, senam, pusat kebugaran hingga komunitas senam pagi tingkat rukun tetangga. Germas harus menjadi program dan milik bersama Pemerintah dan Masyarakat.

Setelah tour Sabang – Jakarta, terdengar mimpi dari penyelenggara (Koseindo-IndoHCF) untuk menggowes Papua – Jakarta tahun depan. Mari sehat, mari kita Gowes untuk Indonesia Sehat.