Tampilkan postingan dengan label keluarga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label keluarga. Tampilkan semua postingan

Senin, 09 November 2015

DEMI ANAK, DIBELA-BELAIN DEH!

PAGI INI.

"Ayah, Lala ada tugas sekolah mencari makanan gemblong," kata Lala, putri pertama saya. Bagi yang belum tahu, Gemblong itu terbuat dari ketan, biasanya berbentuk bulat warna coklat bersalut gula.Gemblong rasanya legit. Biasanya saya melihat pedagang Gemblong di lampu merah Gadog Bogor. Jauh kan? Kalau di Klender Dimana mesti mencari? Belum juga menentukan jawaban, tiba-tiba asik Lala menyela. 

"Yah, nissa juga ada tugas, wawancara pedagang", ujarnya.

Singkat cerita, saya menemani 4 putri saya blusukan ke Pasar Klender. Sekedar informasi saja, Pak Jokowi juga blusukan di Pasar Klender. Intermezo. Sebenarnya kami tak tahu apakah ada penjual Gemblong di Pasar Klender. Jalan kaki menyeberang rel kereta api, menelusuri lapak-lapak seadanya penjual buah dibawah jembatan Klender. Hujan kemarin sore menyisakan lorong lapak yang becek.

Memasuki lantai bawah (basement) Pasar Klender dimana banyak dijual makanan, belum juga tercium aroma Gemblong. Mendekati penjual makanan gethuk dan bertanya, apakah jualan Gemblong?. Dia menggeleng. Kami lanjut melewati para penjual makanan dengan penerangan temaram. Tercium aneka aroma khas makanan. Mendekati pintu keluar, seorang penjual berjongkok. Di depannya ada terumbu warna biru bertuliskan "Gemblong Ibu Anis". Ahh, lega rasanya. Satu bungkus plastik seharga Rp 5 ribu. Kami membeli 2 bungkus, 1 bungkus untuk dicoba makan anak-anak, karena mereka juga baru tahu makanan Gemblong. Dan 1 bungkus dibawa ke sekolah untuk memenuhi tugas.

Saya tawarkan Nissa untuk mewawancarai penjual Gemblong, tapi ia masih malu. Dalam perjalanan kembali ke rumah, tiba-tiba putri-putriku minta mampir bermain di taman aktif fo Klender. Taman Aktif fo Klender adalah sebuah wahana di bawah jembatan layang Klender. Sebuah tempat yang semestinya dikhususnya untuk anak-anak bermain. Tetapi yang terlihat banyak sekali orang tidur di sana sini diantara mainan undakan dan sudut taman. Lampu taman menggantung hampir jatuh. Prosotan yang sudah rusak. Yang tersisa 3 ayunan anak-anak. Tak ada tanaman atau rumput.

Selesai bermain sebentar, anak-anak sudah bosan. Mungkin karena minimnya fasilitas taman. Kembali menyusuri lorong becek penjual buah, menyeberang rel dan jalan raya I Gusti Ngurah Rai. Anak-anak terlihat haus. Kita pun berhenti di warung penjual kelapa muda dan memesan 2 batok kelapa muda.

Saya tawarkan Nissa mewawancarai penjualnya. Mungkin sudah cukup kenal dengan penjualnya, akhirnya Nissa pun membuka catatan daftar pertanyaan yang sempat ia buat. Daftar pertanyaan yang sederhana. Begitu pula proses wawancara pun seperti tanya jawab biasa. Antara si penanya dan yang di tanya adalah 2 orang dengan kepolosannya masing-masing. Otentik! Wawancara diakhiri dengan foto sebagai bukti melaksanakan tugas. Ahh, lega hati akhirnya. Haus hilang, blusukan senang ke pasar, dan 2 tugas 2 putri saya terlaksana. 

KEMARIN SORE. 

Tidur, salah satu cara saya mengembalikan lelah fisik dan pikiran. Sabtu sore, sekitar jam 16.30, Lala putri pertama saya membangunkan tidur saya. 

"Yah, adik-adik ingin makan steak. Mereka kan belum pernah yah"

"Mau makan steak dimana?", jawab saya, diantara sadar dan tidak. 

"Ditempat yang waktu itu yah," jawabnya sambil mengingatkan suatu ketika saya pernah mengajak

Lala dan Nissa menikmati steak, lebih dari setahun lalu. Itulah pertama kali mereka makan steak. Kalimat "mereka belum pernah yah" seakan mengusir sisa-sisa rasa lelah dan kantuk. 

"Ya sudah, mandi dulu sana" "Sudaaahhhhh," serempak 4 putri saya menjawab. Weladalah, rupanya mereka sudah selesai mandi. 

Malah mereka sudah lengkap memakai baju yang biasa digunakan keluar rumah. Saya pun bergegas mandi. Selesai keluar kamar mandi, Gya putri kecil saya menunggu di depan pintu. 

"Ayah, hujan deras. Nggak jadi dong kita makan steak," wajahnya menyemburatkan rasa kecewa. 

"Loh, jadi dong. Ayo, berangkat" 

"Yeaaayyy, jadi kaakkk," dia girang sambil berlari ke kamar mengabari kakaknya. 

Menerobos hujan pertama yang begitu di nanti setelah kemarau panjang, kami menuju sebuah mall kecil di kawasan Duren Sawit. Hujan sangat lebat, air selokan di kampung kami meluap hingga ke jalan. Airnya hitam pekat dan menyebarkan aroma busuk. Sekitar 15 menit, kami sampai di Mall. Selesai makan steak menjelang magrib, disodorkan tagihan lumayan gedhe untuk ukuran gaji PNS. Tak apa lah, yang penting anak-anak gembira. Toh jarang banget.