Jumat, 16 November 2012

, , , , , ,

Humas Hanya Kliping Koran ya?

Saya sudah bersiap berdiri dari kursi ketika datang tamu dari rumah sakit. Ia adalah pejabat humas dari sebuah rumah sakit khusus di Bogor. Dengan besar hati, saya beri pengertian si perut bersabar untuk menunda makan siangnya.

Eh, kenapa harus ditunda? Sekalian saja, saya ajak ke kantin sang tamu. Siang itu, kantin masih sangat ramai. Kami pun ambil duduk di pojok kantin dekat warung tongseng dan es kelapa muda. Agar mempermudah, ya sekalian menu makan siangnya; tongseng kambing plus es kelapa muda murni, tanpa gula. Cocok nggak ya?

Tanpa basa basi lagi, tamu saya yang pejabat humas tadi berkeluh kesah. Apalagi kalau tidak terkait kehumasan rumah sakitnya. Berat juga nih, begitu batin saya. Ditambah pesanan juga belum siap saji, makin kurang konsentrasi.

Dia curhat tentang unit humasnya yang tak diperhatikan. Dicuekin dan tak dianggap ada. Nggak penting lah. Ruangannya dipojok bangunan dekat tangga. Jangan tanya fasilitasnya deh. Pemenuhan sarana dan perlengkapan humas dilakukan jika unit lain sudah tak perlu pengadaan. Kalau belum rusak ya setelah alat kesehatan terbeli.

Itu belum seberapa. Staf humas ditempatkan orang-orang sisa. Kasarnya, pegawai yang tak dibutuhkan unit lain, alias "buangan". Secara masa kerja sudah senior, malah beberapa tinggal nunggu pensiun. Lupakan persepsi bahwa staf humas seperti public relations di kantor swasta yang maju. Muda, cantik, rapi dengan tutur kata yang enak didengar.

Tamu saya ini terus bercerita tanpa titik. Jangan-jangan dia sudah makan dulu ya, jadi energinya masih penuh. Dan saya berusaha fokus mendengar. Resiko jadi tempat curhat ya begini.

Sekarang bicara pekerjaan rutin. Humas rumah sakitnya tiap pagi kliping koran, itu kalau ada berita menyangkut rumah sakit. Kalau tidak ada, pegawai hanya baca saja. Tugas lain, menghadapi wartawan dan LSM agar bosnya bisa menghindar atau syukur-syukur bisa kabur. Dan tugas paling sengsara adalah menyodorkan wajah untuk disemprot pasien atau keluarga yang mengadukan pelayanan rumah sakit.

Ah, syukurlah dia berhenti sejenak curhatnya ketika pesanan akhirnya datang. Saya meminta dia terlebih dahulu menikmati makan siangnya sebelum melanjutkan curhat. Di depan saya sudah tersaji sepiring nasi putih hangat, semangkok tongseng kambing dan segelas besar air kelapa muda tanpa es tanpa gula. Lupakan dulu masalah, saatnya nikmati makan siang.

Sekitar 10 menitan, menu makan siang saya sudah ludes. Kantin makin ramai saja. Suara bersahutan dan semakin bising. Terpaksa saya harus menaikan volume agar terdengar oleh tamu pejabat humas di depan saya. Sebelum dia melanjutkan berkeluh kesah, saya putuskan mendahuluinya berbicara.

Saya awali dengan pertanyaan, pernahkah humas rumah sakit tamu saya ini menunjukan kinerja terbaiknya? Prestasi apa yang humas dapat sumbangsihkan bagi rumah sakit? Tamu saya diam sejenak. Mungkin ragu menjawab. Atau bisa jadi memang belum ada kinerja dan prestasinya.

Kemudian saya sambung dengan kalimat inspiratif ala motivator diberbagai media. Jangan mengiba belas kasihan orang lain untuk menghargai sebelum kita sendiri belum mampu tunjukan betapa berharganya kita. Jangan harap orang lain memahami pentingnya kita, sementara kita sendiri tak mengerti untuk apa kita ada.

Agar lebih konkrit, saya memberikan sedikit saran. Kliping koran yang telah dibuat agar dilanjutkan dengan telaah berupa analisa dan saran solusi. Selanjutnya, telaah itu disampaikan kepada pimpinan dan tembusan ke unit terkait. Ini penting, agar mendapatkan feedback dan tindaklanjut.

Saran kedua adalah kuesioner pelayanan untuk menampung pendapat publik dari pasien, keluarga atau pengunjung. Setelah data terkumpul, diolah, dianalisa dan feedback.

Cukup 2 itu saja dulu. Lakukan dengan konsisten. Baru kemudian memikirkan langkah selanjutnya yang lebih berat. Yaitu bagaimana seharusnya menempatkan kedudukan dan peran humas rumah sakit.

Tak terasa waktu istirahat hampir usai, kami pun bergegas kembali ke ruang kantor untuk segera kembali bekerja.

Selasa, 13 November 2012

Ucapan Selamat untuk rumah baru Anjari

Sebelumnya ayo tengok halaman about me yang tertera di blog anjaris.me ini. Kalimat di awali dengan “mulai ngeblog sejak tahun 2004”. Kalau sudah begitu lama, lantas kenapa blog ini justru baru mulai live terhitung tanggal 13 November 2012?


Memang ini faktanya! Nama Anjaris.me dipilih pria bernama lengkap Anjari Umarjianto ini sebagai rumah baru. Sebelumnya ia mungkin lebih dikenal sebagai eyang dalam komunitas blogdetik. Kala itu ia punya blog yang beralamatkan di anjari.blogdetik.com.


Setelah bertualang beberapa tahun di blogdetik, Anjari pernah memutuskan untuk menghidupkan domain sendiri. Nama yang dipilihnya waktu itu anjari.net. Sayangnya kesibukan yang menyita waktunya membuat blog tersebut sedikit terbengkalai. Hingga akhirnya nama domain tersebut berhasil dibeli orang lain dan dijual kembali dengan nilai tinggi.


Tapi toh bukan anjari namanya kalau betah meratap nasib karena nama blog dibeli orang. Ide di kepalanya pun berputar hingga memutuskan untuk mengambil url domain anjaris.me ini. Kenapa nama ini yang dipilih? Domain ini menyesuaikan dengan akun twitternya yang beralamat di @anjarisme.


Lantas kenapa sekarang? Alasannya berkaitan urusan personal. Karena di tanggal ini pula Anjari kecil lahir, alias ini adalah ulang tahun beliau.


So, posting ini merupakan ucapan selamat untuk dua hal. Pertama selamat ulang tahun dan kedua ucapan selamat menempati rumah baru. Semoga rumah baru ini bertahan dan terus konsisten untuk tetap up date.


Salam
Reza Gardino

Anjaris.me; Anjari Reborn

13 November, bayi anjari lahir. Tahun 2012 pada tanggal yang sama, anjaris.me lahir. Anjarisme is Anjari reborn.

Sejak Tahun 2008 belajar ngeblog dan menua di Blogdetik. Tahun 2004, sempat belajar menulis blog di BlogBoleh setelah klak klik di PhpNuke dan PostNuke.

Dengan percaya diri, Tahun 2011 mengibarkan bendera Anjari.net meski hanya setahun. Dengan akun-akun lain mematok blog di Blogspot, DagDigDug dan Kompasiana.

Dan mulai hari ini, anjaris.me menjadi dunia baru, sejarah baru anjari. Anjarisme is Anjari Reborn.